EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia masih memantau dampak keputusan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa (Brexit). Dampak keputusan Inggris ini diprediksi baru akan terlihat pada jangka panjang.
Gubernur Bank Indonesia, Agus DW Martowardojo mengatakan, BI mengikuti berkembangan jajak pendapat di Inggris dan hasilnya yang ternyata kemungkinan Brexit akan terjadi. BI juga masih menunggu penegasan resmi Inggris atas keputusan ini.
BI melihat dampak langsung Brexit pada anjloknya poundsterling sekitar 10-11 persen setelah keputusan Brexit itu. Penurunan poundsterling ini bisa jadi yang paling rendah dalam kurun 30 tahun. BI juga melihat euro turun satu sampai dua persen.
''Kami lihat ini akan berdampak ke dunia dan periode ini disebut risk on, flight to quality dimana dana-dana ditarik dan ditempatkan di negara yang dianggap aman. Kelihatannya yang jadi tujuan adalah AS dan Jepang. Sedangkan negara yg lain, terjadi pelemahan,'' ungkap Agus di Kompleks BI,Jakarta, Jumat (24/6).
Tentang efek Brexit terhadap rupiah, Agus mengatakan hingga Kamis (23/6), rupiah berada di kisaran Rp 13.260 dimana year to date sudah menguat sekitar empat persen. Namun Jumat (24/6) nilai tukar rupiah melemah ke kisaran Rp 13.400, melemah sekitar satu persen.
''Kami lihat ini wajar, karena ada kondisi flight to quality. Tapi secara umum ekonomi Indonesia dalam kondisi baik. Kami lihat ini sifatnya temporer,'' kata Agus.
Meski hubungan Indonesia dengan Inggris dalam ekspor impor tidak terlalu besar, namun Agus mengakui dampak keuangannya pasti ada dalam bentuk aliran dana. Jadi secara umum, BI menilai efek Brexit harus terus dipantau.
Agus mengatakan, flight to quality membuat banyak negara tertekan. Tapi yen dan dolar AS menguat, ini menunjukkan mereka menjadi tempat yang diminati pada situasi seperti ini. Tapi, Agus menilai implikasi ini sifatnya jangka pendek.
''Kami akan terus jaga. Secara umum Indonesia kami yakin bisa tahan. Sampai minggu kemarin nett inflow sekitar Rp 70 triliun sementara tahun lalu Rp 30 triliun. Jadi inflow ke Indonesia masih besar,'' ungkap Agus.
Baca juga: Menkeu Nilai Tekanan Brexit di Ekonomi Indonesia Hanya Sementara