Kamis 30 Jun 2016 09:00 WIB

Ini yang Harus Dilakukan Indonesia untuk Mengejar Ketertinggalan Ekonomi

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Pertumbuhan ekonomi (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Pertumbuhan ekonomi (ilustrasi)

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Mengejar ketertinggalan produktivitas ekonomi, Indonesia harus berinvestasi lebih banyak pada pengembangan SDM dan memperdalam investasi teknologi. Dorongan akan lebih kuat dengan perhatian lebih baik terhadap riset.

Dalam rangkaian kegiatan pendahuluan 12th World Islamic Economic Forum, peneliti senior bidang ekonomi LIPI, Zamroni Salim, menjelaskan, produktivitas sangat penting untuk suatu negara menumbuhkan ekonominya. Produktivitas rendah meningkatkan kecenderunga eksploitasi sumber daya lebih besar. Maka, fokusnya bukan meningkatkan produksi bahan mentah, tapi meningkatkan nilai tambah produk.

Dibanding negara ASEAN lainnya, produktivitas tenaga kerja Indonesia mencapai 21.900 dolar AS pada 2013, lebih rendah dari Singapura 121.900 dolar AS, Malaysia 50.200 dolar AS, dan Thailand 24.500 dolar AS. Jika mau memperbaiki produktivitas, perlu ada peningkatan produktifitas pekerja salah satunya melalui pendalaman modal. Pendalaman modal ini berarti menggunakan teknologi maju dan mengembangkan SDM.

''Soal pendalaman modal, Indonesia sangat dangkal dibanding Jepang. Pendalaman modal tentu harus diiringi pengembangan SDM,'' ungkap Zamroni dalam diskusi bertajuk 'Seizing The Benefits of Disruptive Technology for Manufactures in Increasing Labor Productivity' di The Habibie Center, Rabu (29/6).

Investasi dalam pengembangan SDM terutama pada edukasi, pendidikan vokasi dan pelatihan. Tingkat pendidikan formal atau bersekolah pekerja Indonesia pun masih rendah dibanding negara ASEAN lainnya, kurang dari delapan tahun. 64,8 persen pekerja Indonesia hanya menamatkan pendidikan sekolah dasar.

Di sisi lain, riset dan pengembangan juga faktor lain yang mendorong produktivitas. Namun alokasi riset Indonesia hanya 0,2 persen. Belum lagi investasi untuk perangkat lunak yang juga rendah.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement