EKBIS.CO, SINGAPURA -- Salah satu bank terbesar Singapura, UOB, menghentikan program kredit untuk pembelian properti di London.
Keputusan itu diambil, menurut UOB, sebagai tanggapan atas ketidakpastian yang disebabkan oleh keputusan Inggris untuk ke luar dari Uni Eropa.
Hasil referendum di Inggris pada 23 Juni lalu sempat membuat poundsterling turun ke nilai terendah dalam 31 tahun belakangan. Sementara nilai dolar Singapura atas poundsterling meningkat 10 persen sejak keluarnya hasil referendum.
"Untuk sementara kami akan menghentikan permintaan kredit luar negeri untuk properti di London," seperti tertulis dalam pernyataan UOB, Kamis (30/6).
Ditambahkan bahwa referendum Inggris menimbulkan ketidakpastian dan mereka ingin memastikan para nasabah mereka berhati-hati dalam investasi properti.
Sementara itu kreditor terbesar Singapura, DBS, masih akan memberikan kredit untuk pembelian properti di London namun menyarankan agar para nasabah berhati-hati.
"Dengan risiko pertukaran mata uang, bahkan jika nilai properti di luar negeri naik, setiap keuntungan akan terganggu jika mata uang negara itu mengikuti dolar Singapura," kata Direktur Kredit DBS, Tok Geok Peng, kepada BBC.
Bang Singapura lainnya, OCBC, mengatakan kepada BBC belum melakukan perubahan dalam kebijakan kredit porperti di Inggris namun mengamai situasinya secara seksama.