EKBIS.CO, JAKARTA -- Manajemen Bank Centra Asia Tbk (BCA) menilai bahwa meningkatnya rasio kredit bermasalah (NPL) perseroan pada akhir Juni 2016 menjadi 1,4 persen dibandingkan periode sama tahun lalu masih dapat ditoleransi.
"Di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi, rasio NPL BCA masih dalam tingkat risiko yang dapat ditoleransi," ujar Wakil Direktur Utama BCA, Eugene Keith Galbraith di Jakarta, Jumat (29/7).
Ia mengemukakan bahwa outstanding portofolio kredit tercatat sebesar Rp 387 triliun pada akhir Juni 2016, naik 11, 5 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya, didorong oleh penyaluran kredit korporasi sebesar Rp 135,4 triliun.
Kredit komersil dan usaha kecil dan menengah (UKM) mencapai Rp 146,5 triliun. Sementara kredit konsumer mencapai Rp 105,2 triliun, kredit pemilikan rumah dan kredit kendaraan bermotor masing-masing sebesar Rp 6,17 triliun dan Rp34 triliun serta outstanding kartu kredit mencapai Rp 9,5 triliun.
Pada semester I 2016, lanjut dia, BCA membentuk tambahan cadangan biaya sebesar Rp 2 triliun untuk mempertahankan kecukupan cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan. Per Juni 2016, rasio cadangan terhadap total kredit bermasalah tercatat sebesar 193 persen.
"BCA secara proaktif mempertahankan posisi likuiditas dan basis permodalan yang solid. Pada periode itu, rasio kredit terhadap pendanaan tercatat sebesar 77,9 persen, sementara rasio kecukupan modal mencapai 20,3 persen," katanya.
Di sisi pendanaan, lanjut dia, dana pihak ketiga meningkat sebesar 7,8 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp 490,6 triliun pada akhir Juni 2016, ditopang oleh pertumbuhan rekening giro dan tabungan (CASA).