Kamis 04 Aug 2016 08:57 WIB

Dibanding Brexit, Indonesia Perlu Waspadai Dampak Pelambatan Ekonomi Cina

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
Pertumbuhan ekonomi Cina melambat.
Foto: Reuters
Pertumbuhan ekonomi Cina melambat.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menilai pertumbuhan ekonomi global sejak 2008 hingga kini masih dalam tren yang melambat. Otoritas moneter ini memproyeksi pertumbuhan ekonomi global akan berada di angka 3,0 persen.

Gubenur Bank Indonesia, Agus DW Martowardojo menilai, perlambatan ekonomi global tercermin dari langkah Dana Moneter Internasional (IMF) yang kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Bahkan, ia menilai realisasi pertumbuhan ekonomi global bisa berada di bawah proyeksi terakhir IMF.

"Pertumbuhan ekonomi dunia masih belum menggembirakan. Pada 2015 pertumbuhan ekonomi dunia 3,1 persen, tahun ini awalnya 3,8 persen dikoreksi terus jadi 3,1 persen. BI menilai akan menjadi 3,0 persen pada 2016 ini. Sedangkan 2017 akan turun lagi bahkan 3,1 persen," ujar Agus pada pembukaan Sarasehan Nasional Rakornas ke VII TPID di Gedung Bank Indonesia, Rabu (3/8) malam.

Agus menilai, masih rendahnya proyeksi pertumbuhan ekonomi global didukung dengan masih belum bangkitnya harga komoditas dan merosotnya harga minyak dunia. Kemudian hasil referendum Inggris yang memutuskan keluar dari Uni Eropa (Brexit) yang berdampak sangat besar bagi gejolak perekonomian dunia, dan menimbulkan ketidakpastian di pasar keuangan global.

Namun, ia memastikan, dampaknya tidak terlalu besar bagi Indonesia. Sebaliknya, kata Agus, Indonesia perlu mewaspadai pelambatan ekonomi Cina. Pertumbuhan ekonomi Cina mengalami penurunan pesat dari di atas 10 persen menjadi di bawah 7 persen. 

"Kondisi yang paling menyorot adalah Cina, karena ekspor utama kita ke Cina. Ini kondisi yang perlu diwaspadai," tuturnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement