EKBIS.CO, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta para menteri melakukan evaluasi mengenai fenomena pengangguran di usia muda. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), angka pengangguran usia 15-19 tahun pada 2010 ada di level 23,23 persen. Angka ini kemudian meningkat pada akhir 2015 menjadi 31,12 persen.
"Saya minta dilakukan evaluasi pengangguran usia muda," kata Jokowi, saat membuka rapat terbatas di Kantor Presiden, Selasa (13/9).
Lebih lanjut, dia memaparkan, angka pengangguran paling banyak disumbang oleh lulusan SMK, yakni sebesar 9,84 persen. Persentase tersebut lebih tinggi dari pengangguran lulusan SMA yang 6,95 persen, lulusan SMP 5,76 persen dan lulusan SD 3,44 persen.
Melihat angka tersebut, Presiden khawatir bangsa Indonesia tak mampu mengelola potensi yang ada di Tanah Air karena sumber daya manusia yang ada tidak berkualitas. Padahal, kata dia, kekuatan bangsa Indonesia ke depan justru terletak pada anak muda.
Menurut Jokowi, 60 persen penduduk Indonesia berada di usia muda. Pada 2040, Indonesia diprediksi akan memiliki 195 juta penduduk usia produktif.
Karenanya, Presiden menilai, salah satu cara efektif yang dapat dilakukan pemerintah untuk dapat meningkatkan kualitas SDM di Indonesia yaitu dengan meneyelenggarakan pendidikan vokasi di SMK dan pelatihan-pelatihan di Balai Latihan Kerja (BLK). Model pendidikan ini memiliki kurikulum dan materi belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja saat ini, terutama difokuskan pada sektor prioritas pemerintah, yakni maritim, pariwisata, pertanian dan industri kreatif.
Peserta pendidikan vokasi, lanjut Jokowi, juga akan mengikuti praktek kerja, pengujian serta sertifikasi yang sesuai dengan dunia usaha dan industri. "Yang paling penting libatkan dunia usaha dan industri karena mereka lebih paham kebutuhan tenaga kerja," ucapnya.