EKBIS.CO, SYDNEY -- Bank Pembangunan Asia, ADB, melihat upah rendah dan industri padat karya yang dimiliki Indonesia menjadi daya tarik bagi Cina untuk melakukan perluasan invetasi. Sebab, Cina sendiri saat ini sedang melakukan transformasi dari industri manufaktur barang berat menjadi industri padat karya dan konsumsi.
Kepala Ekonom ADB, Shang Jin Wei seperti dilansir Bloomberg mengatakan upah rendah negara negara berkembang seperti Indonesia menarik Cina untuk melakukan investasi. Sebab, Cina sangat bergantung pada industri padat karya.
"India, Bangladesh, Indonesia sangat berpeluang. Sebab memiliki upah minimun pada pekerjanya. Ini menjadi salah satu peluang investasi," ujar Shang Jin Wei, Rabu (14/9).
Upah minimun di Cina saat ini berkisar antara 150 dolar AS per bulan atau sekitar 1.000 yuan. Sedangkan di Indonesia upah minimun bulanan berkisar 109 dolar AS per bulan.
Wei melihat hal ini menjadi kompetisi global dimana biaya yang dikeluarkan untuk para pekerja bisa lebih rendah dan menekan biaya produksi. "Sepuluh tahun lalu, biaya tenaga kerja China lebih tinggi dari sebagaian besar negara di Asia," ujar Wei.
Wei melihat untuk bisa menarik invetasi jangka panjang, Indonesia perlu melakukan reformasi kebijakan agar para investor bisa mudah melakukan investasi di Indonesia.
Indonesia menempati urutan 109 dari 189 negara di indeks Bank Dunia dalam skala kemudahan melakukan bisnis. Hal ini menjadi peluang bagi Indonesia untuk melakukan transformasi dalam investasi.