EKBIS.CO, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan pada Kamis (29/9) tembus di level Rp 12.952 per dolar AS, berdasarkan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia. Meski angka ini turun 26 poin dibandingkan perdagangan kemarin yakni Rp 12.926 per dolar AS, namun nilai ini masih menunjukkan tren penguatan.
Gubernur BI Agus Martowardojo, mengatakan, penguatan nilai tukar rupiah ke level Rp 12.900 tersebut terjadi karena faktor eksternal yang terkendali. "Kondisi eksternal yang terkendali itu terutama sejak AS menyatakan tidak akan menaikkan FFR pada September, dan mungkin satu kali di akhir tahun dia akan naikkan FFR-nya," ujar Agus usai Rapat kerja dengan Komisi XI tentang Dinamika & Proyeksi Ekonomi, Kebijakan BI, serta Implikasi Terhadap Keuangan BI 2016-2017 di Gedung Parlemen, Jakarta, Kamis (29/9).
Selain itu, juga ada efek positif debat calon presiden di AS yang membawa confidence kepada pasar termasuk pasar di Indonesia. Sementara di kondisi internal, inflasi diyakini terkendali dan akan berada di kisaran bawah dari target yaitu empat persen plus minus satu persen, defisit transaksi berjalan terjaga, dan pertumbuhan ekonomi sampai kuartal kedua tetap baik.
"Dan ini memberikan positif, apalagi Indonesia dibandingkan negara-negara maju, kita cukup kuat dan cukup kuatnya karena reformasinya tidak hanya di sektor moneter dan fiskal, tetapi juga di sektor riil," katanya.
Agus menambahkan, dengan target pertumbuhan ekonomi yang realistis yang kemudian disepakati menjadi 5,1 persen, merupakan upaya dari menciptakan kredibilitas pemerintah. Agus mengkhawatirkan besarnya aliran modal masuk hingga Januari-September 2016 yang mencapai Rp 151 triliun. Sedangkan pada tahun lalu pada periode yang sama hanya Rp 39 triliun. Dana tersebut berasal dari repatriasi kebijakan pengampunan pajak.
"Itu juga angka yang tetap mau pegang dalam dolar AS, ada yang setuju valuta asingnya diconvert ke rupiah. Nah, kemarin itu banyak perusahaan yang meng-convert dolarnya ke rupiah. Jadi suplai daripada dolar AS itu besar, otomatis rupiah menguat," ujarnya.
Agus menegaskan, Bank Indonesia akan menjaga nilai tukar tetap mencerminkan fundamental ekonomi. Selain itu, bank sentral juga akan menjaga agar rupiah tidak deviasi terhadap fundamental yang berakibat menciptakan pelemahan daya saing dari Indonesia.