EKBIS.CO, JAKARTA -- Dana Moneter Internasional (IMF) menyampaikan utang global pada 2016 mencapai rekor tertinggi sejak krisis keuangan dunia 2010, yang dipicu rendahnya pertumbuhan ekonomi dan tingginya tingkat inflasi.
Direktur Fiskal IMF Vitor Gaspar mengatakan dalam konferensi pers Laporan FiskalOktober 2016 yang disiarkan langsung melalui laman IMF dari Washington DC, Amerika Serikat, Kamis (6/10) pagi waktu setempat, menyebutkan utang global telah meningkat 225 persen sejak akhir 2015.
"Utang global menjadi salah satu penghambat utama dalam pemulihan ekonomi global yang masih rentan," kata Gaspar.
Di sisi lain, IMF menilai utang luar negeri masih akan terus meningkat karena perlambatan pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi yang tinggi, oleh karena itu diperlukan kebijakan fiskal yang dapat mendukung akitivitas ekonomi dan memfasilitasi restrukturasi utang swasta, serta memangkas kredit macet perbankan.
Berdasarkan data IMF, sekitar dua per tiga dari utang global atau hampir senilai 100 triliun dolar AS adalah utang sektor swasta. IMF menilai meskipun siklus utang tidak sama di tiap negara, namun besarnya utang global meningkatkan risiko kemampuan pembayaran utang dan menghambat pertumbuhan ekonomi seluruh dunia.
Di kelompok ekonomi maju, IMF menilai utang luar negeri swasta terus meningkat dalam beberapa kasus, namun seiring dengan tren tersebut, utang pemerintah juga meningkat, antara lain karena pengambilalihan pembayaran utang (bailout) swasta melalui perbankan.
Sementara itu, kelompok negara dan ekonomi berkembang, utang swasta selalu tinggi sejak 2008, terutama tampak di Tiongkok yang memiliki akses terhadap pembiayaan global, telah memicu pertumbuhan kredit swasta dengan pesat.
Di kelompok ekonomi dengan pendapatan rendah, utang swasta dan pemerintah juga meningkat karena akses jasa keuangan yang meluas dan pasar yang makin baik, namun secara umum rasio utang terhadap PDB tetap rendah.
Dalam situasi keuangan global saat ini, IMF merekomendasikan kebijakan regulasi dan supervisi tingkat utang swasta diperketat agar tetap termonitor dan berkelanjutan, serta kebijakan fiskal harus terukur saat mengalami kenaikan untuk menciptakan bantalan penyangga saat terjadi penurunan.
Selain itu, IMF menilai insentif pajak yang dapat mendorong penambahan utang luar negeri harus dihentikan untuk membatasi kenaikan yang berlebihan secara tiba-tiba, khususnya di kelompok ekonomi berkembang, di mana utang swasta meningkat dengan pesat dalam beberapa tahun terakhir.
"Sangat penting bagi ekonomi berkembang memiliki kebijakan terukur untuk mencegah kenaikan utang dalam waktu singkat dan jumlah yang besar," kata Direktur Fiskal IMF Vitor Gaspar.