EKBIS.CO, BANDAR LAMPUNG -- Nilai ekspor biji kopi robusta asal Provinsi Lampung, selama periode September 2016 mencapai 34,1 juta dolar Amerika Serikat dengan volume 18.312 ton. Angka ini turun bila dibandingkan bulan sebelumnya.
"Angka itu turun bila dibandingkan ekspor Agustus senilai 42,5 juta dolar AS dengan volume 24.323 ton," kata Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Lampung Ferynia di Bandarlampung, Senin (17/10).
Ia mengatakan penurunan ekspor kopi itu mengingat panen raya kopi di sejumlah sentra perkebunan kopi di Lampung telah usai sehingga produksinya sedikit. Menurutnya, petani maupun pengekspor kopi di Lampung masih menyimpan stok biji kopinya usai panen raya pada Juli-Agustus lalu sehingga ekspor masih tetap berlangsung.
Selain itu, lanjutnya, pengekspor masih terikat kontrak dengan pembeli dari luar negeri untuk mengirimkan komoditas andalan Provinsi Lampung tersebut sesuai dengan nota kesepakatan. Pada tahun ini menurutnya, panen biji kopi Lampung naik hingga 30 persen bila dibandingkan musim tahun lalu.
Ferynia menyebutkan ekspor biji kopi robusta maupun arabika daerah itu menuju beberapa negara terutama di kawasan Eropa dan Asia. "Lampung juga mengekspor biji kopi arabika, meski tidak sebanyak robusta," katanya.
Ekspor biji kopi arabika, dia melanjutkan, senilai 80.030 dolar AS dengan berat 13,9 ton pada September 2016 atau turun bila dibandingkan bulan sebelumnya, yang mencapai 101.568 dolar Amerika Serikat dengan berat 19,2 ton.
Negara tujuan ekspor Lampung antara lain Alzajair, Armenia, Belgia, Bulgaria, Republik Ceko, Mesir, Georgia, Jerman, Yunani, Hongkong, India, Italia, Jepang, Malaysia, Maroko, Portugal, Rusia, Singapura, Swiss, Inggris, Afrika Selatan, Rumania, Iran, Amerika Serikat, dan Swedia.
Sementara, harga biji kopi robusta di tingkat petani Lampung Barat turun karena kualitas komoditas itu rendah serta kurangnya pengelolaan setelah panen. "Harga biji kopi asalan saat ini di tingkat petani mencapai Rp 19 ribu per kilogram atau turun dibandingkan bulan lalu yang mencapai Rp 21 ribu per kilogram," kata Sunyoto petani kopi asal Lampung Barat. Ia mengatakan rata-rata kadar air biji kopi petani di atas 19 persen sehingga kualitasnya kurang bagus. Akibatnya harga biji kopi turun.