EKBIS.CO, JAKARTA -- Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai subsidi tertutup bukan satu-satunya cara agar pendistribusian elpiji 3 kilogram (kg) tepat sasaran. Ketua YLKI, Tulus Abadi berpendapat perbaikan disparitas harga antara elpiji 12 kg dengan harga elpiji 3 kg perlu dilakukan Pertamina.
Tulus mengatakan, saat ini, harga elpiji 12 kg di tingkat pengecer kurang lebih Rp 175 ribu per tabung. Sementara yang elpiji 3 kg berada pada kisaran Rp 20 ribu hingga Rr 25 ribu per tabung.
Fakta demikian, kata Tulus, membuat banyak pengguna elpiji 12 kg migrasi ke elpiji 3 kg. "Ketika Pertamina menaikkan harga elpiji 12 kg sampai level keekonomian, 20 persen pengguna turun kelas memakai elpiji 3 kg," ujar Tulus dalam diskusi energi di gedung Dewan Pers, Jakarta, Ahad (30/10).
Ia berharap Pertamina berani menurunkan harga elpiji 12 kg atau opsi lainnya menaikkan harga elpiji 3 kg. Dengan demikian menurutnya, penyimpangan dalam pemakaian elpiji bersubsidi bisa ditekan. "Soal migrasi, Pertamina bisa memperbaiki disparitas harga," ujar Tulus.
DKI Jakarta akan menjadi contoh pendistribusian elpiji 3 kg secara tertutup agar tepat sasaran. Menurut Tulus, baik Pemprov DKI, maupun pemerintah daerah lainnya, harus meningkatkan pengawasan. Karena, menurut dia sejak awal desain hukum atau regulasinya sudah menyasar pada kelompok masyarakat miskin. Tapi kemudian dalam perjalanan, banyak penyimpangan dalam implementasi regulasi tersebut. "Masyarakat yang tidak miskin menerima," tutur Tulus.
Ia menegaskan konsep pendataan penerima elpiji bersubsidi harus jelas. Kemudian pemerintah, kata dia, membuat instrumen pengawasan yang tepat. "Kalau bisa disentuh sisi moralnya, di tabung elpiji 3 kg, tulis saja, untuk orang miskin, mungkin dia (golongan menengah ke atas) malu membelinya," ujar Tulus.