EKBIS.CO, JAKARTA -- Perdagangan digital (e-commerce) di Indonesia terus berkembang seiring perbaikan konten dan produk yang ditawarkan pelaku usaha. Jika awal mula perdagangan ini diramaikan oleh perdagangan jual beli produk, tahun ini dan beberapa tahun ke depan sektor jasa yang justru akan mendominasi.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengatakan, kebutuhan akan jasa oleh masyarakat membuat sektor ini lebih cepat berkembang dibandingkan dengan sektor penjualan produk. Hal ini membuat pelaku usaha pun lebih banyak mengembankan sektor ini dibandingkan dengan produk.
"Servis ini bukan hanya dalam elektronik, dalam versi manual saja sudah banyak yang membutuhkan," kata Rudiantara dalam diskusi 'Road Map E-commerce' di kantor HIPMI, Jakarta, Kamis (10/11).
Rudi menjelaskan, ke depan memang pertumbuhan sektor jasa harus diutamankan dibanding barang. Sebab untuk menjadi negara maju maka perbaikan sektor jasa menjadi kunci utama.
Pada 2014, perputaran uang di dalam negeri melalui e-commerce telah mencapai 12 miliar dolar AS. Nilai ini naik menjadi 19 miliar dolar AS pada 2015. 2016, Kemenkominfo memprediksi sedikitnya terdapat aliran dana yang masuk sebesar 30 miliar dolar AS.
Arus uang ini dianggap masih kecil dibandingkan dengan negara Amerika Serikat dan Cina yang telah memulai transaksi e-commerce. Amerika Serikat pada 2014 berhasil mengumpulkan dana sebesar 325 miliar dolar AS, sedangkan Cina lebih tinggi di angka 400 miliar dolar AS. Pendapatan Cina yang tinggi karena delapan tahun lalu negara ini telah membuat peta jalan dari semua sektor dan yakin akan ada perkembangan signifikan pada perdagangan digital. "Kalau kita target pada 2020 akan ada 130 miliar dolar AS perputaran uangnya," kata Rudi.