EKBIS.CO, JAKARTA -- Rencana pemotongan produksi minyak mentah seharusnya menjadi isu besar pada pertemuan OPEC di Wina, Austria, Rabu (30/11). Namun, sejumlah kalangan menilai pembicaraan tentang Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Donald Trump akan lebih mengemuka, terutama terkait kebijakan energi Trump.
Kebijakan energi Trump terkait minyak mentah diprediksi akan mendorong kenaikan produksi minyak dalam negeri. Trump juga akan melonggarkan sejumlah aturan ketat yang menghambat upaya AS mengangkat produksi minyak mentah. Hal-hal inilah yang menjadi ketakutan sejumlah negara OPEC terutama Arab Saudi yang berharap terjadinya rebound harga minyak dunia.
"Negara-negara anggota OPEC sangat khawatir tentang masalah ini," kata Scott Roberts, pakar pasar minyak yang juga kepala Invesco Fixed Income seperti dikutip Reuters, Selasa (29/11).
Scott menjelaskan kekhawatiran terbesar Saudi terkait dengan kemungkinan Trump menaikkan produksi minyak AS sebesar 500 ribu barel per hari (bph). Dengan begitu, produksi minyak AS bisa menyentuh 13 juta bph dari saat ini yang mencapai 12,3 juta bph.
AS telah mengganti posisi Saudi sebagai produsen minyak terbesar di dunia sejak setahun lalu. Dengan rencana Trump meninggikan produksi minyak tidak hanya memperkuat posisi AS sebagai pemroduksi terbesar minyak dunia tapi juga menghambat upaya Saudi untuk menaikkan harga minyak.
Setelah sempat naik pada pekan lalu, harga minyak dunia pada awal pekan ini kembali turun. Ketidakjelasan atas rencana OPEC memotong produksi minyak hingga 1 juta bph pada pertemuan Rabu esok menjadi alasan utama penurunan harga tersebut.
Saudi bersama Aljazair dan beberapa negara OPEC lainnya mendorong pemotongan produksi. Rusia juga menyambut baik rencana itu dan berjanji akan ikut memangkas produksi minyak mereka sebesar 500 ribu barel. Rusia menjadi negara non-OPEC yang mencatat produksi minyak besar hingga di atas 10 juta bph.
Rob Thummel, manager portofolio Tortoise Capital, mengatakan Saudi sudah kehilangan kesabaran terhadap harga minyak yang masih di bawah 50 dolar AS ini. Saudi dan beberapa negara OPEC berharap harga minyak segera merangkak lagi ke level 50-60 dolar AS per barel.
Michael Cohen, analis energi di Barclays, setuju terpilihnya Trump membawa OPEC masuk ke dalam jurang yang berat. Apalagi Trump juga akan mengkaji ulang kesepakatan. Perjanjian nuklir Iran dan mendorong independensi AS terhadap minyak mentah.