EKBIS.CO, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada tahun depan diproyeksikan berada di kisaran Rp 13.217 - 13.504 per dolar AS. Diperkirakan ekonomi AS yang akan tumbuh lebih tinggi dari negara lainnya yang mengakibatkan mata uang dolar AS menguat dan berpengaruh pada mata uang dunia.
Kepala Ekonom Bank Danamon, Anton Hendranata mengatakan, rencana bank sentral AS The Fed untuk menaikkan suku bunga kebijakan, sedangkan negara lainnya menurunkan akan mendorong dolar AS untuk menguat.
"Konsekuensinya dolar AS menguat, maka mata uang lain melemah, termasuk rupiah," ujar Anton di Jakarta, Rabu (30/11).
Kendati begitu, Anton mengimbau agar masyarakat dan pelaku usaha tidak panik. Karena meskipun melemah, yang terpenting adalah Bank Indonesia akan menjaga pelemahan ini tidak terlalu signifikan. Untuk itu diperlukan sentimen positif dari domestik.
Sementara itu hingga akhir tahun ini, ia memproyeksikan rupiah akan berada di kisaran Rp 13. 358 - 13.403 per dolar AS. Sebelumnya pada Oktober lalu rupiah melemah 3,4 persen karena adanya capital outflow atau aliran modal keluar.
Hingga Oktober, capital inflow di pada obligasi mencapai Rp 95 triliun. Hal ini membuktikan obligasi sangat menarik di Indonesia karena memiliki imbal hasil paling menarik. Dengan inflow sebesar itu, maka menurutnya wajar adanya koreksi (dengan outflow) karena sudah terlalu banyak masuk.
"Obligasi di Indonesia menarik, jadi saya nggak khawatir mereka akan keluar dari Indonesia,"katanya.
Di sisi lain, sentimen positif dari makro ekonomi Indonesia yang membaik pada tahun depan juga akan menjaga rupiah di kisaran fundamentalnya. Apabila pemerintah konsisten dengan kebijakan yang sudah ada, kata Anton, ekonomi akan lebih baik. Kendati begitu ia perkirakan ekonomi domestik akan tumbuh di kisaran 5,04 persen, sama dengan proyeksi akhir tahun 2016.