EKBIS.CO, WINA -- Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Rabu (30/11) memutuskan untuk memangkas produksi minyaknya sebesar 1,2 juta barel per hari (bph), menetapkan pagu produksi minyak di 32,5 juta barel per hari.
Pengurangan produksi ini berlaku mulai 1 Januari 2017, merupakan pemotongan produksi minyak pertama kartel sejak 2008. Pengurangan ini sedang dikoordinasikan dengan negara produsen non-OPEC, Rusia, yang berjanji akan memangkas produksinya 300 ribu barel per hari.
Menteri Energi Qatar Mohammed Al-Sada, Presiden OPEC, mengatakan kesepakatan itu dicapai dengan suara bulat kecuali untuk Indonesia, yang kini telah ditangguhkan keanggotaannya dari kartel.
Menurut data yang ditawarkan oleh OPEC, produsen minyak terbesar, Arab Saudi mengambil bagian terbesar dari pengurangan, 486 ribu barel per hari. Sementara itu, Iran diizinkan untuk memproduksi 3,79 juta barel per hari, sebuah angka moderat yang tampaknya konsisten dengan posisinya yang bersikeras untuk dibebaskan dari pengurangan minyak, mengatakan bahwa negara itu perlu memulihkan produksi minyaknya setelah pencabutan sanksi Barat.
Irak, yang diklaim dibebaskan dari pengurangan karena memerangi ekstrimis, juga bergabung dengan pengurangan, memangkar produksi minyak 210 ribu barel per hari.
Dengan hasil tersebut, Arab Saudi, produsen terbesar dan pemimpin de facto kartel tampak membuat kompromi dan mengambil bagian terbesar dalam pengurangan produksi minyak.
Produksi minyak mentah OPEC naik ke rekor 33,83 juta barel per hari pada Oktober, sekitar sepertiga dari produksi minyak dunia, menurut Badan Energi Internasional (IEA), dan produksi dari 14 negara anggota kelompok itu telah naik selama lima bulan berjalan. Pada Oktober, pasokan OPEC mencapai hampir 1,3 juta barel per hari di atas tahun lalu.
IEA yakin bahwa jika negara-negara OPEC melaksanakan resolusi Aljir mereka, sebagai akibat pemotongan produksi kita akan melihat pasar bergerak dari surplus ke defisit yang sangat cepat pada 2017.
Negara-negara anggota OPEC telah bertemu di Aljir, ibu kota Aljazair, dan organisasi mengumumkan akan mengkaji bagaimana mengatur plafon produksi antara 32,5 juta barel per hari hingga 33,0 juta barel per hari. Penurunan produksi minyak yang dijanjikan OPEC dan produsen non-OPEC akan lebih dari 1,5 juta barel per hari.