EKBIS.CO, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (5/12) sore bergerak melemah tipis sebesar lima poin menjadi Rp 13.505, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 13.500 per dolar AS.
"Dolar AS masih bergerak di area positif terhadap rupiah di pasar valas dalam negeri, namun penguatan mata uang Amerika Serikat itu relatif terbatas," kata pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova di Jakarta, Senin.
Menurut dia, inflasi yang terjaga di level rendah serta ekonomi domestik yang relatif masih stabil menjadi salah satu faktor yang menjaga stabilitas mata uang domestik. Ia menambahkan bahwa pasar surat utang di dalam negeri yang dalam beberapa hari terakhir mulai diminati investor turut menjaga rupiah. Sebagian pelaku pasar mengambil posisi beli dengan memanfaatkan kondisi ekonomi domestik yang stabil.
Di sisi lain, kata dia, harga minyak mentah dunia yang mengalami apresiasi turut menjaga mata uang komoditas seperti rupiah. Harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Senin (5/12) sore ini bergerak menguat 0,79 persen ke posisi 52,09 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude naik 0,81 persen menjadi 54,90 dolar AS per barel.
Sementara itu, analis Monex Investindo Futures Putu Agus mengatakan bahwa data aktivitas non-manufaktur Amerika Serikat yang diprediksi menunjukkan peningkatan ekspansi masih menjaga dolar AS di pasar valas negara-negara berkembang. Ia menambahkan bahwa dolar AS juga mendapat dorongan dari hasil referendum Italia yang menunjukkan penolakan terhadap rencana reformasi institusi, kondisi itu memicu sentimen pengalihan aset ke dolar AS karena dinilai aman jika berdampak negatif pada pasar keuangan global.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp 13.516 dibandingkan Jumat (2/12) Rp 13.524.