EKBIS.CO, JAKARTA -- Keinginan Presiden Joko Widodo agar nilai tukar rupiah tak hanya mengacu pada dolar AS, dinilai Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan, memiliki pesan yang dalam. Pernyataan Presiden itu mengandung makna kiasan untuk menjaga daya saing mata uang rupiah terhadap mata uang lainnya.
Ia menjelaskan, selama ini kerap kali pelemahan mata uang rupiah berujung pada anjloknya Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Dengan mengacu pada kurs mitra dagang Indonesia, harapannya, nilai rupiah masih terdongkrak sehingga mampu menjaga PDB.
"Coba cek, PDB kita turun sejak mata uang kita melemah. Ini hanya karena mata uang. Itu poinnya bukan semata apakah kita pakai yuan atau apa. Padahal kalau kita berdagang dengan Cina kan mau ga mau pakai Yuan. Itu sudah difasiliatsi dengan perjanjian BCSA. Nantinya antara central bank bisa saling tukar. Di sininya masih belum terbiasa," katanya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengutarakan pemikirannya tentang persepsi nilai tukar rupiah yang selama ini masih mengacu kepada dolar AS. Jokowi menilai, dengan adanya dinamika politik pascaterpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS, berimbas pada melemahnya seluruh mata uang dunia tak terkecuali rupiah.
Jokowi menjelaskan, kurs dolar AS sudah tidak lagi mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia. Artinya, nilai tukar dolar AS mengarah pada pencerminan kebijakan situasi pasar di dalam negeri AS. Kondisi ini akan menuntun kepada menguatnya dolar AS dibanding nyaris seluruh mata uang utama dunia.
Menurut Jokowi, fenomena ekonomi dunia ini tidak menguntungkan Indonesia. Ia meminta, persepsi nilai tukar rupiah tak lagi mengacu kepada dolar AS, namun kepada mata uang negara-negara mitra dagang utama Indonesia seperti Cina, Jepang, atau Eropa.