Senin 12 Dec 2016 14:53 WIB

Kurs Rupiah Mengacu Yuan, Apindo: Cina Lebih Suka Pakai Dolar AS

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nur Aini
Uang kertas 100 yuan Cina yang baru.
Foto: channel news asia
Uang kertas 100 yuan Cina yang baru.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Keinginan Presiden Joko Widodo agar kurs rupiah mengacu pada reminbi yuan Cina dinilai akan sulit dilakukan.

"Praktiknya, Cina maupun Indonesia sama-sama masih suka pakai dolar AS," ujar Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani saat dihubungi Republika.co.id, Senin (12/12).

Ia mengatakan, dalam transaksi perdagangan luar negeri terutama ekspor-impor antara Indonesia dan Cina, kedua negara enggan menggunakan reminbi. Misalnya, kata dia, saat pengusaha Indonesia melakukan impor, pihak Cina tidak mau menggunakan reminbi. "Mereka sendiri nggak percaya sama mata uang mereka sendiri," ujarnya.

Sebaliknya, ketika Indoesia melakukan ekspor, pihak Cina pasti senang menggunakan reminbi. Kita nggak mau, pilihnya dolar AS," ujarnya.

Kepercayaan dalam menggunakan reminbi dalam transasksi global dinilai masih rendah dibanding penggunaan dolar AS. Sebab, dolar AS merupakan mata uang yang mudah ditukar dengan mata uang apapun, begitu juga dengan euro dan yen Jepang yang memiliki kepercayaan lebih tinggi dari reminbi.

"Reminbi belum terkenal, Cina ekonominya mulai melemah," ujarnya. Apalagi, ia mengatakan, tahun lalu pemerintah Cina pernah melakukan pelemahan terhadap mata uangnya.

Menurut Hariyadi, Indonesia bisa saja tidak beracuan pada dolar AS tapi tidak juga dengan reminbi, melainkan euro atau yen. Dua mata uang tersebut dianggap masih stabil pada kondisi saat ini.

Ekspor Indonesia ke Cina memang besar sekitar 15,5 persen dari total ekspor Indonesia. Namun porsi yang lumayan besar juga ada di pasar Eropa dan Jepang dengan masing-masing 11,4 persen dan 10,7 persen. Sementara ekspor Indonesia ke AS hanya menyumbang 10-11 persen.

"Kita berdagang dengan Eropa, mereka pilihannya euro atau dolar AS. Kalau kita mau pake reminbi cuma Cina saja," ujar dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement