EKBIS.CO, JAKARTA -- Pengamat ekonomi Mohammad Faisal mengatakan, keinginan Presiden Joko Widodo agar kurs rupiah mengacu yuan Cina bukan tidak mungkin dijalankan. Namun, banyak hal yang harus diperjuangkan oleh Pemerintah Indonesia.
Sistem perdagangan internasional yang sudah terjalin selama ini telah menggunakan mata uang dolar AS. Dia menilai akan sulit 'menumbangkan' mata uang tersebut dan menggantinya dengan yuan.
"Banyak perdagangan kita maupun investasi bukan dalam yuan, atau mata uang lain, tetapi telah menggunakan dolar AS sebagai alat transaksi," kata Faisal kepada Republika.co.id, Senin (12/12).
Research Director at Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia ini menjelaskan, sistem perdagangan Indonesia pun bukan hanya terkait secara bilateral, banyak perdagangan yang menggunakan pihak ketiga baik ekspor maupun impor. Artinya para penyedia jasa yang selama ini digunakan pun harus ikut diubah. Hal ini kemungkinan akan sulit dilakukan karena para pelaku usaha tersebut telah memakai dolar AS dalam setiap transaksi.
Faisal mencontohkan, ketika pelaku usaha dari Indonesia akan melakukan ekspor ke Cina, mereka harus menggunakan penyedia jasa yang ada di Singapura. Sangat tidak mungkin tiba-tiba mengubah penggunaan mata uang dolar AS terhadap pelaku usaha tersebut, karena mayoritas di negara tersebut telah memakai dolar AS. "Ini masalahnya sekarang dalam perdagangan tidak hanya dipengaruhi satu atau dua negara, tidak. Banyak pihak yang terlibat," kata Faisal.
Menurutnya, jika Pemerintah Indonesia memang serius ingin menggunakan yuan untuk menggantikan dolar AS dalam sejumlah kegiatan termasuk transaksi perdagangan, maka Indonesia harus menggaet negara yang ikut bertransaksi. Indonesia dinilai harus meyakinkan negara-negara yang masuk dalam ASEAN untuk mengubah kebiasan penggunaan dolar AS.
Apalagi, selama ini banyak negara di ASEAN yang berdagang dengan Cina. Kesamaan inilah yang bisa mempermudah perubahan mata uang dolar AS menjadi yuan dalam sistem jual beli tersebut. "Kalau semua bersepakat mengubah ini, tidak akan sulit dijalankan. Minimal se-ASEAN saja dulu, kalau sukses ini bisa dianjutkan dalam perdagangan dengan negara lain," ujarnya.
Baca juga: Kurs Rupiah Mengacu Yuan, Apindo: Cina Lebih Suka Pakai Dolar AS