EKBIS.CO, YOGYAKARTA -- Selama 70 tahun Indonesia merdeka ternyata masih belum juga terwujud kedaulatan pangan nusantara. Sebaliknya, Indonesia justru menjadi negeri agraris di dunia paling ironis karena sampai kini justru lebih menggantungkan kebijakan pertaniannya melalui mekanisme impor pangan.
Hal tersebut disampaikan oleh Ir. Bugiakso, presiden Patriot Pangan dari Jenderal Soedirman Center dalam acara peresmian Perkumpulan Patriot Pangan di Yogyakarta, Senin (19/12).
"Atas nama efisiensi, Indonesia kemudian terjebak, lalu hancur, dan belum sanggup lagi keluar dari jebakan perdagangan dan politik pangan dunia. Ini menjadi ironi Indonesia sebagai negeri agraris," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id di Jakarta.
Setelah tujuh dekade Indonesia merdeka, Bugiakso mengingatkan seharusnya semangat yang harus ada bukan untuk meraih kedaulatan politik. "Melainkan demi mewujudkan kedaulatan pangan Nusantara.
Kedaulatan pangan itulah, saudara sekalian, yang belum juga terwujud setelah 70 tahun lebih Indonesia merdeka," cetusnya dengan penuh semangat.
Lebih lanjut Bugiakso mengajak seluruh anak bangsa di negeri ini untuk mengingat 'semangat berdaulat' yang pernah dimiliki oleh Panglima Besar Jenderal Soedirman. Ia bercerita ada 19 Desember tahun 1948, saat Belanda melancarkan agresi militer keduanya ke Yogyakarta, Jenderal Soedirman telah menyampaikan lima pesan penting.
Pesan pertama adalah jangan pernah menyerah. Demi mewujudkan kedaulatan pangan nusantara, kata dia, jangan ada kata menyerah. "Kembali bertani, kembali bercocok tanam dan memanen, bukan menjadi kuli dan membeli," ujarnya.
Pesan kedua adalah mempertahankan apa yang dimiliki dan merebut apa yang dikuasai lawan. Tanah dan air yang kini masih ada dan bisa menghasilkan bahan pangan, kata Bugiakso, seharusnya dapat dipertahankan. Lahan-lahan tidur harus direbut dan dayagunakan. Air yang kini dikuasai secara semena-mena oleh korporasi penyedia air, kata dia, harus juga direbut.
"Karena tanah dan air adalah kunci kedaulatan pangan, tanpa keduanya jangan bermimpi kita bisa mewujudkan kedaulatan pangan."
Pesan ketiga adalah jangan sekali kali menunggu dan meminta bantuan asing. Dalam setiap usaha mewujudkan kedaulatan pangan, kata dia, seharusnya negeri ini melaksanakan agenda kerja pertaniannya.
Lalu pesan Jenderal Soedirman berikutnya, kata Bugiakso, adalah Indonesia seharusnya bisa percaya pada kekuatan sendiri untuk mewujudkan agenda kedaulatan pangan.
Sedangkan pesan terakhir harus tetap disiplin. Tanpa disiplin, kata dia, bangsa ini bakal mudah terseok dan mudah terjebak pada tujuan sesaat. "Ingat-ingatlah selalu, bahwa tujuan kita adalah kedaulatan pangan, jangan pernah berpaling kepada tujuan lain sebelum kedaulatan pangan itu terwujud," ujarnya.