Jumat 23 Dec 2016 18:54 WIB

BI Bantah Cetak Rupiah di Cina

Red: Ilham
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Hendar.
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Hendar.

EKBIS.CO, PADANG -- Bank Indonesia membantah informasi yang beredar di masyarakat dan media sosial yang menyatakan uang rupiah tahun 2016 dicetak di luar Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri). Sebelumnya, beredar informasi uang baru dicetak di Cina.

"Selama ini BI tidak pernah sama sekali mencetak uang di luar Peruri, jadi informasi yang menyatakan rupiah di cetak di Cina itu tidak benar," kata Deputi Gubernur BI, Hendar di Padang, Jumat (23/12).

Menurut Hendar, BI mencetak rupiah lewat Peruri sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang sehingga isu diterbitkan di Cina itu tidak ada. Ia menilai, perkembangan media sosial saat ini tidak proporsional dan aneh sehingga muncul informasi yang keliru soal rupiah baru.

Hendar menceritakan saat pertemuan dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI), sejumlah tokoh bertanya apakah benar rupiah di cetak di Cina. Ditanyakan juga uang itu menggunakan lambang palu arit dan setiap dicetak satu lembar ditambah satu lagi untuk kepentingan politik.

"Soal jumlah uang yang dicetak ditambah setiap lembarnya itu tidak benar karena setiap uang yang dicetak itu berdasarkan perhitungan yang jelas dan diawasi oleh Badan Pemeriksa Keuangan," ujarnya.

Kemudian, terkait gambar pahlawan yang dipasang di rupiah sudah dikonsultasikan lewat lembaga yang memiliki otoritas serta diskusi dengan pakar sejarah hingga bertemu dengan ahli waris. "Misal ada yang meributkan mengapa Cut Meutia tidak pakai kerudung, dulu juga begitu, jadi tidak mungkin ditambah karena pemilihan gambar dilakukan sangat selektif," katanya.

Ia menyampaikan gambar pahlawan yang ada dalam uang rupiah ada unsur keterwakilan daerah hingga gender serta diterima oleh seluruh pihak. "Ada gambar pahlawan yang kami usulkan ternyata tidak diterima di daerahnya akhirnya tidak jadi karena bisa menjadi kontroversi," katanya.

Ia mengatakan, setelah dilakukan seleksi sedemikian rupa untuk kemudian ditetapkan lewat keputusan presiden.

Kalau ada yang bertanya mengapa Imam Bonjol hanya uang Rp 5.000, apakah artinya harganya Rp 5.000 itu maksudnya, namun substansinya adalah penghargaan pada pahlawan di mata uang bukan soal nilai yang tertera, katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement