EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mendukung upaya untuk membuat perencanaan anggaran yang lebih efektif agar realisasi belanja benar-benar sesuai kebutuhan dan tidak terjadi over budgeting.
"Saya minta ada kajian, sebetulnya over budgeting seberapa banyak. Ditjen Perbendaharaan dan Ditjen Anggaran nanti duduk sama-sama dan melihat untuk memperbaiki proses penganggaran di Indonesia," katanya di Jakarta, Sabtu (25/12).
Sri Mulyani mengatakan manajemen anggaran yang lebih baik harus dilakukan, karena masih ada perencanaan yang melebihi estimasi, sehingga terdapat realisasi belanja yang terlalu banyak dan bisa mempengaruhi proyeksi defisit fiskal.
"Kita melihat dampaknya adalah penyerapan. Bagi kita, dari sisi manajemen anggaran, suatu over budegting atau kurang akuratnya estimasi ini bisa menggambarkan dan menciptakan dampak jumlah anggaran belanja terlalu besar," jelasnya.
Ia mencontohkan apabila pemerintah bisa membuat perencanaan yang efektif sebesar lima persen dari total belanja yang saat ini telah mencapai kisaran Rp2.000 triliun, maka jumlah penerbitan surat utang untuk menutup defisit bisa ditekan.
"Kalau kita bisa melakukan efisensi dan akurasi desain belanja termasuk jumlahnya, katakanlah lima persen dari Rp2.000 triliun, itu kan Rp100 triliun. Kalau melakukan anggaran yang akurat, maka kita tidak perlu membuat anggaran belanja Rp100 triliun lebih tinggi," ujarnya.
Untuk itu, Sri Mulyani memastikan nilai over budgeting tersebut akan dikurangi melalui manajemen anggaran yang lebih memadai dan perbaikan estimasi biaya itu dilakukan melalui sinergi dengan kementerian dan lembaga terkait.
Terkait pencairan belanja kementerian dan lembaga menjelang berakhir tahun anggaran, Sri Mulyani memastikan jajaran Ditjen Perbendaharaan akan terus bekerja dengan profesional melalui percepatan proses layanan serta memastikan ketersediaan kas jelang akhir tahun.
"Kita bekerja harus profesional dan memperbaiki sinergi penganggaran dan pencairan dengan menggunakan data untuk perbaikan pelayanan, sehingga kalau misalnya belanja tidak makin baik, tapi 'delivernya' makin baik kan itu bagus juga," kata mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.