Kamis 05 Jan 2017 13:31 WIB

Harga Cabai Rawit Merah di Yogya Tembus Rp 92 Ribu per Kg

Rep: Yulianingsih/ Red: Nur Aini
Seorang pedagang menata dagangan cabainya. (ilustrasi)
Foto: Antara/Oky Lukmansyah
Seorang pedagang menata dagangan cabainya. (ilustrasi)

EKBIS.CO, YOGYAKARTA -- Harga cabai rawit merah di pasar tradisional di Yogyakarta terus melambung. Sejak dua hari terakhir harga cabai rawit merah sudah tembus Rp 90 ribu hingga Rp 92 ribu per kilogram. Harga ini diperkirakan terus meningkat karena pasokan cabai rawit merah dikeluhkan terbatas.

"Sejak dua minggu ini terus naik, paling tinggi seminggu terakhir," kata Warniati, pedagang sayuran di Pasar Giwangan, Kota Yogyakarta, Kamis (5/1).

Dia mengaku menjual cabai rawit dengan harga Rp 46 ribu per setengah kilogram atau Rp 90 ribu per kilogram. Hal itu membuatnya tidak berani kulakan cabai dalam partai besar. "Kita hanya menyediakan sedikit, kalau busuk rugi harga kulakannya sudah tinggi," ujarnya.

Menurutnya, musim penghujan membuat banyak cabai cepat membusuk sehingga pasokan berkurang. Sementara permintaan saat akhir tahun kemarin dan awal tahun ini cukup banyak. "Masuk liburan harga cabai terus naik," ujarnya.

Tingginya harga cabai juga dikeluhkan Winarti, pedagang makanan di Jalan Oramuka, Umbulharjo, Yogyakarta. Dia mengaku tidak berani membeli cabai dalam jumlah banyak karena harganya yang tinggi. Biasanya dia membeli cabai untuk bahan membuat sambel lotek dan pecel langsung sebanyak satu kilogram. Namun sejak harga cabai naik tinggi, ia hanya membeli seperempat kilogram setiap kali belanja. "Seperempat kilonya Rp 23 ribu, kalau sekilo (satu kg) Rp 92 ribu," ujarnya.

Meski demikian, aia tidak berani menaikkan harga barang dagangannya. Namun jika ada pembeli yang memesan lotek atau pecel dengan cabai ekstra atau sangat pedas, dia akan menambah Rp 2.000 untuk penambahan cabai tersebut. Tetapi untuk rasa pedas standar, ia tidak menaikkan harga.

Kasie pengawasan perdagangan Disperindagkop Kota Yogyakarta, Sri Harnani mengaku kenaikan harga cabai memang sudah terjadi sejak akhir Desember 2016. Namun untuk sepekan terakhir pihaknya belum melakukan pemantauan ke pasar tradisional karena adanya penataan dan perubahan kelembagaan di Pemkot Yogyakarta. "Kita belum mantau lagi, ini masih penataan pindah-pindah kantor," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement