Senin 09 Jan 2017 18:54 WIB

Pelajar Purwakarta Wajib Tanam Cabai

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Teguh Firmansyah
Petani memanen cabai rawit di area persawahan Desa Pamenang, Kediri, Jawa Timur, Senin (9/1).
Foto: Antara/Prasetia Fauzani
Petani memanen cabai rawit di area persawahan Desa Pamenang, Kediri, Jawa Timur, Senin (9/1).

EKBIS.CO, PURWAKARTA -- Sejumlah orang tua siswa asal Kabupaten Purwakarta, kelimpungan dengan kebijakan dinas yang meminta pelajar suruh tanam cabai rawit. Apalagi, orang tua yang berada di perkotaan mengingat mereka tak memiliki benih cabai.

Emod (48 tahun), warga Kelurahan Nagri Kaler, mengatakan, kedua anaknya disuruh membawa pohon cabai rawit Selasa (10/1) besok. Pohon cabai tersebut disesuaikan dengan kelasnya. Seperti, anak pertamanya kelas lima, maka pohon cabai yang dibawa ke sekolahnya lima tangkai. Lalu, yang ditanam dirumah lima tangkai juga. Totalnya, sepuluh tangkai.

"Anak saya dua, yang satu kelas lima yang satu kelas empat. Jadi, saya harus mencari bibit cabai sebanyak 18 pohon," ujarnya, kepada Republika.co.id, Senin (9/1).

Bagi ia yang mengontrak di wilayah perkotaan, mendapatkan bibit cabai secara mendadak sangat susah. Apalagi, kebijakan ini dilakukan secara serentak. Jadi, seluruh pelajar SD dan SMP membawa bibit cabai untuk ditanam di sekolah dan di rumah.

Jadi, sekarang ini bibit cabai banyak diburu orang tua murid. Untuk menunjang, kebijakan tanam cabai yang digulirkan pemkab. Jika tak dituruti, lanjut Emod, kedua anaknya akan menangis. Lalu, malu untuk sekolah.

"Saya sudah mencari ke pedagang-pedagang tanaman. Ternyata, pada habis diburu orang tua murid. Beruntung, ada tetangga yang punya bibit cabai," ujarnya. Sehingga, kedua anaknya ini bisa membawa tugas dari gurunya tersebut.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta, Rasmita Nunung Sanusi, mengakui, kebijakan tanam cabai bagi pelajar SD dan SMP ini sebagai aplikasi dari pembelajaran vokasional.  "Khusus untuk besok, mereka bawa bibit cabai untuk ditanam di sekolah dan di rumah," ujarnya.

Bibit cabai yang dibawa pelajar ini ada ketentuannya. Misalnya, siswa kelas 1 SD, maka di sekolahnya menanam satu pohon dan di rumahnya satu pohon. Begitu seterusnya, sesuai dengan tingkatan kelasnya.

Baca juga, Harga Cabai di Sleman Tembus Rp 100 Ribu.

Apabila sekolah tak memiliki lahan basah, maka dittanamnya menggunakan polibek atau pot. Penanaman dilakukan secara serentak di masing-masing sekolah. Lalu, dilanjutkan di masing-masing rumah siswa.

Tujuan diberlakukannya kebijakan ini, untuk pembelajaran jangka panjang. Apalagi, saat ini cabai rawit harganya sangat mahal. Karena, suplai dari petaninya minim. Jadi, untuk mengurangi ketergantungan akan cabai dari pasar, makanya digalakan penanam cabai oleh pelajar.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement