EKBIS.CO, TEHERAN -- Sebuah pesawat penumpang buatan Airbus-Prancis, tiba di Teheran pada Kamis (12/1), dan merupakan yang pertama dari 200 pesawat buatan Barat yang dipesan Iran Air setelah sanksi-sanksi terhadap Iran dicabut tahun lalu.
"Peristiwa ini adalah saat bersejarah bagi Iran, yang menandakan berakhirnya masa sanksi untuk negara ini. (Kedatangan) ini merupakan pendahuluan dari pengiriman pesawat-pesawat lainnya serta perbaikan pada armada udara Iran yang menua," kata stasiun televisi pemerintah.
Para pengamat mengatakan armada yang dimiliki Iran Air merupakan salah satu yang paling tua di dunia dan biasanya tergantung pada suku-suku cadang hasil selundupan atau pembuatan seadanya. Iran, yang sebelumnya tidak pernah membeli pesawat buatan Barat dalam 40 tahun terakhir, telah memesan 100 pesawat dari Airbus, 80 dari Boeing dan 20 dari ATR.
Pengecualian hanya terjadi pada pembelian sebuah pesawat untuk menggantikan satu jet Airbus yang ditembak jatuh oleh Angkatan Laut Amerika Serikat pada 1988. Airbus 321 tiba pada Kamis, hanya satu pekan sebelum Presiden AS terpilih, Donald Trump, dilantik pada 20 Januari.
Trump menentang kesepakatan yang dicapai oleh negara-negara Barat Januari tahun lalu dalam pencabutan sanksi terhadap Iran terkait nuklir negara itu. Kalangan Partai Republik di Kongres AS juga merasa keberatan dengan persetujuan yang ditandatangani oleh AS, Inggris, Rusia, Prancis, Cina, Jerman dan Iran tersebut.
Kesepakatan juga mendapat tentangan dari kalangan garis keras di Iran. Kekuatan Barat setuju untuk mencabut sanksi-sanksi terhadap Iran sebagai imbalan atas kesediaan Teheran mengekang kegiatan-kegiatan nuklirnya.
Kepala Iran Air Farhad Parvaresh mengatakan, Rabu, ia berharap Amerika Serikat tidak akan menghadang kesepakatan tersebut. Baik Airbus maupun Boeing memerlukan izin ekspor dari AS sebelum dapat mengirimkan pesawat-pesawat buatan mereka karena ada bagian-bagian pesawat yang berasal dari AS.
Iran Air berharap akan menerima setidaknya dua Airbus lagi pada akhir Maret dan total enam pesawat Airbus A320 pada 2017.