EKBIS.CO, SINGAPURA -- Singapura memperingatkan ekonomi global akan menghadapi konsekuensi bencana jika langkah-langkah proteksionis Amerika Serikat (AS) yang diusulkan Presiden Donald Trump benar-benar diterapkan. Beberapa tindakan tersebut seperti penolakan kesepakatan perdagangan AS-Pasifik, tambahan pajak pada importir AS, dan pelabelan mitra dagang utama sebagai manipulator mata uang.
Direktur Otoritas Moneter Singapura Ravi Menon mengatakan, hal tersebut mungkin menimbulkan tindakan balasan. Meski demikian, dia mengaku hasilnya tampaknya tidak terlalu buruk karena masih ada ketidakpastian seputar kebijakan Trump dan dukungan perdagangan bebas yang tetap kuat dari negara lain. Para pejabat telah mendorong majunya Trans Pacific Partnership (TPP), sebuah pakta perdagangan bebas antara 12 negara termasuk AS, Jepang dan Singapura. Trump berjanji pada kampanye-nya untuk menarik diri dari kesepakatan itu.
Meski ada optimisme terhadap dorongan fiskal AS dan kekhawatiran tentang reaksi perdagangan, masih ada ketidakpastian yang cukup untuk perubahan kebijakan sebenarnya.
"Mereka mungkin tidak berjalan seperti yang diharapkan," ujar Menon dilansir Bloomberg, Senin (16/1).
Singapura yang bergantung pada ekspor ini mengalami penurunan perdagangan. Ekonomi Singapura mencatatkan kinerja terburuk tahun lalu sejak krisis keuangan global 2009.
Ekonomi Singapura diperkirakan akan terus tumbuh dalam kecepatan moderat. Otoritas meramalkan pertumbuhan 1 persen menjadi 3 persen untuk tahun ini. Menon mengatakan, industri yang berorientasi perdagangan harus mendapatkan keuntungan dari kemajuan elektronik global dan regional.
"Namun, perekonomian tidak akan kebal terhadap tarif bunga AS yang lebih tinggi, volatilitas arus modal, dan tekanan di sektor korporasi regional," ungkapnya.
Baca juga: Trump Ancam Kenakan Pajak 35 Persen Bagi Perusahaan Mobil Jerman