EKBIS.CO, JAKARTA - Bank Indonesia masih menunggu penerapan kebijakan ekonomi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dalam 100 hari pertama kerjanya. Bank Indonesia memandang kebijakan fiskal AS yang ekspansif akan membawa kepada penguatan nilai tukar dolar AS. Meski ini akan menekan kurs rupiah, namun sisi positifnya harga-harga komoditas ekspor akan ikut melonjak seiring nilai tukar dolar AS yang naik.
Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Juda Agung menjelaskan, sepanjang kuartal ketiga hingga keempat tahun 2016 lalu saja harga komoditas batu bara sempat naik hingga 50 persen. Namun, pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah kenaikan harga komoditas ini akan berlangsung lama atau hanya sesaat.
"Ada yang mengatakan ini karena penurunan produksi batubara dari Cina yang kemudian Cina impor dan harga naik," ujar Juda di Pullman, Selasa (31/1).
Juda menilai bahwa Cina saat ini sedang melakukan rebalancing ekonomi. Artinya, pertumbuhan ekonomi Cina akan lebih mengarah ke domestik. Sementara gencarnya investasi Cina di pasar domestik justru membuat mereka meningkatkan impor bahan bakar, salah satunya batubara.
Di sisi ekonomi global, tahun 2017 diprediksi akan mulai membaik. Pertumbuhan ekonomi global diprediksi akan tumbuh hingga 3,4 persen atau lebih tinggi dari tahun 2016 lalu sebesar 3,1 persen.
"Bila tahun lalu tahunnya konsolidasi fiskal, tahun ini tahun recovery," katanya.