EKBIS.CO, JAKARTA -- Sepanjang 2016, PT Aneka Tambang Tbk (Antam) mencatat penjualan bersih unaudited sebesar Rp 9,11 triliun. Komoditas emas menjadi komponen terbesar atas pendapatan yang diperoleh perseroan.
Sekretaris Perusahaan Antam Trenggono Sutioso dalam keterbukaan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan, emas menyumbang 61 persen dari total penjualan bersih atau sekitar Rp 5,54 triliun. Volume produksi emas dari tambang Pongkor dan Cibaliung sebesar 2.208 kilogram. "Sementara itu, penjualan emas Antam tercatat sebesar 10.227 kilogram," kata Trenggono, Selasa (31/1).
Antam berupaya mengoptimalkan penjualan emas seiring dengan tren kenaikan harga komoditas tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan pengembangan produk perhiasan yang dipadukan dengan emas batangan bermotif batik. Produk ini telah diluncurkan pada 26 September 2016.
Sebagai upaya pengembangan pasar ekspor emas, Antam juga telah melakukan penjajakan ke beberapa pasar di Asia dan Afrika.
Selain emas, Antam juga memproduksi sejumlah komoditas lain seperti bijih nikel, feronikel, perak, bauksit, batubara, dan alumina. Volume produksi feronikel pada 2016 tercatat sebesar 20.293 ton nikel dalam feronikel (TNi) atau meningkat 18 persen dibandingkan volume produksi 2015 sebesar 17.211 TNi.
Volume produksi bijih nikel pada 2016 yang digunakan dalam produksi feronikel dan penjualan dalam negeri tercatat sebesar 1.635.024 wet metric ton (wmt). Bijih nikel yang ditambang sepanjang 2016 ini diperoleh dari tambang nikel Pulau Pakal dan Pomalaa.
Trenggono mengatakan, aktivitas eksplorasi Antam hingga akhir 2016 berfokus pada komoditas emas dan nikel. Pada tahun lalu, biaya unaudited untuk aktivitas eksplorasi mencapai Rp 15,22 miliar. "Eksplorasi emas dilakukan di Pongkor, Jawa Barat, sementara nikel di Pomalaa, Sulawesi Tenggara," ujarnya.