EKBIS.CO, JAKARTA -- Keberadaan Toko Tani Indonesia (TTI) oleh Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) mampu memangkas sedikitnya lima jalur distribusi. Hal ini berdampak pada murahnya harga di tingkat konsumen namun tidak merugikan petani.
Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Spudnik Sujono mengatakan, biasanya ada 8 rantai pasok namun dengan TTI membuatnya menjadi tiga rantai pasok. Jadi di tingkat hulu sana, ia menjelaskan, hasil panen petani ataupun kelompok-kelompok tani bisa langsung dibeli oleh Bulog. Atau, petani menjual hasil panennya melalui mitra-mitra Ditjen Hortikultura atau yang disebut Champion.
"Dia bisa langsung menjual ke kami," katanya, Senin (6/2).
Selama ini petani menjual hasil panennya ke tengkulak. Bahkan tanaman belum panen namun sudah dibeli tengkulak dengan harga murah. "Biasanya mereka sudah dibangun seperti itu, petani itu sudah ketergantungan," ujar dia.
Sebelum sampai ke tangan konsumen, hasil panen masih harus menempuh perjalanan panjang dari pengepul tingkat kecil, pengepul tingkat besar, pengepul tingkat kecamatan, pengepul tingkat kabupaten dan kemudian dikirim ke pedagang besar.
Pedagang besar tersebut masih dikendalikan oleh pemilik modal yang mengatur suplai ke mana. Apakah akan dikirim ke Cibitung, Tanah Tinggi, Kramat Jati atau wilayah lain.
"Itu juga ngirim tidak langsung ke konsumen, pasti ke pedagang juga. Tahapan-tahapan itu lah," ujar dia.
Tata niaga itu lah yang saat ini gencar dipangkas oleh Kementan dan Kemendag. Untuk menghindari banyaknya rantai pengepul, harusnya, kata dia, setiap Badan Usaha Milik Daerah bisa berperan membantu mengurangi rantai pasok.
"Koperasi juga bisa memotong rantai pasok," kata dia.