EKBIS.CO, JAKARTA -- Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus menilai sepanjang 2016 ekonomi domestik tumbuh tanpa adanya akselerasi.
"Ekonomi 2016 tumbuh, namun tidak signifikan dibanding 2015. Pertumbuhan ekonomi 2016 mencapai 5,02 persen, beda tipis dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun lalu 5,01 persen," kata Ahmad di Jakarta, Kamis (9/2).
Pemerintah terlihat kesulitan mendongkrak pertumbuhan ekonomi walaupun sudah mengeluarkan sejumlah paket kebijakan. "Paket-paket kebijakan hanya berdampak terhadap ekspektasi yang besar dalam jangka pendek tapi kenyataannya tidak berubah signifikan," ujar Ahmad.
Pertumbuhan ekonomi 2016 dari sisi pengeluaran masih didorong oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,01 persen. Sementara itu, investasi mengalami perlambatan dari 5,07 persen pada tahun lalu menjadi 4,48 persen. Bahkan, konsumsi pemerintah tumbuh negatif sebesar -0,15 persen.
Komponen ekspor-impor meski surplus namun bukan didorong oleh peningkatan ekspor, melainkan karena penurunan impor yang lebih tajam. Ekspor barang dan jasa sendiri tumbuh negatif -1,74 persen dan impor barang dan jasa -2,27 persen.
"Pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran ditopang lagi-lagi oleh konsumsi rumah tangga, hampir menyamai pertumbuhan ekonomi. Artinya komponen-komponen lain dalam memberikan stimulus tidak berjalan. Jadi pemerintah tidak ngapa-ngapain ekonomi sudah tumbuh karena masyarakat," ujar Ahmad.