EKBIS.CO, JAKARTA -- Bulog menargetkan 50 ribu Rumah Pangan Kita (RPK) hingga 2017. RPK diharap bisa berperan aktif dalam memasarkan produk pangan yang lebih terjangkau bagi masyarakat.
Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan, RPK akan menjadi sebuah tempat jual beli layaknya operasi pasar. Melalui RPK, Bulog ingin meminimalisir kegiatan jual beli yang ada di pinggir jalan seperti oleh mobil atau truk.
"Itu (jualan pinggri jalan menggunakan kendaraan) tidak efisien, sudah tidak ramah lingkungan," kata Djarot, Selasa (14/2).
Menurut Djarot, RPK merupakan program yang mengikutsertakan masyarakat dalam pemasaran produk pangan. Ini bisa disebut juga ekonomi kerakyatan karena masyarakat diminta turut serta dalam mensejahteraan masyarakat lainnya.
Djarot mencontohkan, ketika harga beras meningkat, maka Bulog melalui RPK bisa mengintervensi dengan memberikan harga lebih murah dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Harga bahan pokok di RPK tidak terlampa mahal karena marging yang diambil RPK hanya mencapai Rp 200-300 per kilogram (kg).
Bulog telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang ikut terjun dalam RPK. Bahkan, Bulog juga memberikan kemudahan kepada agen RPK ketika akan memesan barang, dengan tidak mendatangi kantor Bulog. Mereka cukup memesan, dan barang yang dipesan akan segera diantarkan ke RPK.
Dengan adanya RPK juga bisa membuat daerah yang memiliki lumbung padi lebih mandiri. Selama ini padi yang dihasilkan dikirim dari desa dan disimpan di kota.
Ketika desa membutuhkan, maka beras tersebut akan dikirim lagi ke desa dari kota. "Bayangkan berapa banyak uang yang hilang karena tidak efisien. Mari kita kembangkan desa menjadi lumbung. Baru kelebihannya kita kirimke kota yang membutuhkan," papar Djarot.