EKBIS.CO, JAKARTA -- Sepanjang 2016, Bank Mandiri menyalurkan kredit sebesar Rp 662 triliun. Angka tersebut tumbuh 11,2 persen year on year (yoy). Namun, kenaikan kredit perseroan sejalan dengan kenaikan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL).
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, NPL gross perusahaan pelat merah ini meningkat dari 2,6 persen menjadi empat persen. NPL nett meningkat dari 0,63 persen menjadi 1,53 persen. Kenaikan NPL itu merupakan imbas dari perlambatan ekonomi di sepanjang 2015 dan 2016.
Kartika mengatakan, terdapat dua sektor kredit yang berkontribusi dalam peningkatan NPL, yaitu sektor komoditas dan kredit komersial. "Ekonomi kita pada 2015 turun (sektor) komoditas dan perlambatan konsumsi domestik. Seperti pertambangan, batu bara, minyak dan gas. Belakangan juga melebar ke sektor konsumtif," jelasnya di Plaza Mandiri, Jakarta, Selasa, (14/2).
Ia menjelaskan, kredit bermasalah karena banyak debitur dari sektor korporasi yang kinerjanya anjlok sepanjang 2015 dan 2016. Sehingga, Bank Mandiri kini masih merestrukturisasi aset terhadap beberapa sektor kredit bermasalah itu.
"Total restrukturisasi pinjaman sudah lebih dari Rp 40 triliun," tutur Kartika.
Sementara itu, laba bersih perseroan juga turun 32,1 persen menjadi Rp 13,8 triliun. Penurunan laba salah satunya disebabkan oleh pencadangan yang dilakukan Bank Mandiri menjadi Rp 24,6 triliun.