EKBIS.CO, JAKARTA -- Meski imbal hasil pasar obligasi global masih turun, namun penurunan imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) terlihat mulai terbatas.
Analis Riset Samuel Sekuritas, Rangga Cipta menjelaskan, beberapa imbal hasil di pasar global masih turun. Terutama di Negara maju terdorong penurunan imbal hasil surat utang AS yang cukup konsisten beberapa hari terakhir.
"Penurunan imbal hasil surat utang AS terjadi di tengah kenaikan inflasi AS yang di Januari 2017 naik ke 2,5 persen yoy, serta meningkatnya spekulasi kenaikan FFR target pada FOMC meeting 14 Maret 2017 mendatang,"ujar Rangga, Senin (20/2).
Selain kekecewaan terhadap rencana stimulus fiskal Trump yang belum juga dirilis, spekulasi tambahan stimulus oleh ECB, kata Rangga, bisa menjadi alasan utama penurunan imbal hasil tersebut. Pertemuan ECB berikutnya dijadwalkan 9 Maret 2017. Akan tetapi, penurunan imbal hasil SUN terlihat mulai terbatas.
"Selain inflasi Februari 2017 yang berpeluang naik mendekati 4persen YoY, spekulasi kenaikan FFR target dalam waktu dekat bisa memicu aksi jual di pasar SUN," kata Rangga.
Selisih imbal hasil SUN dengan surat utang AS bertenor 10 tahun saat ini masih stabil di kisaran 510-520bps, dengan kepemilikan asing yang stabil di 37,4 persen dari total.
Sementara itu, Analis Senior Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada mengatakan, laju pasar obligasi yang masih tertahan setelah terimbas pelemahan laju rupiah, diharapkan hanya bersifat sementara. Dimana pelaku pasar masih dapat mempertahankan aksi belinya.
Kembali turunnya imbal hasil obligasi AS sebagai pengalihan dari obligasi di Eropa yang turun jelang pilpres di Perancis, diharapkan dapat berimbas positif pada laju pasar obligasi di dalam negeri.
"Apalagi jika ditopang oleh laju rupiah yang kembali menguat maka dapat direspon positif,"kata Reza.
Namun demikian, oleh karena laju pasar obligasi masih terbatas maka ia menghimbau agar untuk tetap mencermati berbagai sentimen yang dapat berpotensi membuat laju pasar obligasi kembali melemah.