EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Adaro Energy Tbk (IDX: ADRO) membukukan kinerja positif sepanjang tahun 2016 lalu. Adaro mencatat, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mengalami kenaikan sebesar 119,5 persen dari 152,44 juta dolar AS di tahun 2015 menjadi 334,62 juta dolar AS di tahun 2016 lalu. Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir menyebutkan raihan ini bisa dicapai justru di tengah kondisi pasar batu bara yang bergejolak.
Sejumlah aksi korporasi yang dilakukan dtahun 2016 juga ia yakini sebagai motor penggerak kinerja positif perusahaan. Garibaldi menyebutkan, tahun lalu Adaro melakukan penyelesaian keuangan atau financial close atas dua proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Kedua proyek tersebut yakni pembangkit PT Bhimasena Power Indonesia dengan kapasitas 2 x 1.000 Mega Watt (MW) dan pembangkit PT Tanjung Power Indonesia yang berkapasitas 2 x 100 MW.
Garibaldi juga menambahkan, aksi korporasi yang menambah kinerja positif perusahaan adalah akusisi mayoritas terhadap deposit batu bara kokas di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Selain itu, lanjut Garibaldi, penerbitan saham baru PT Adaro Indonesia kepada EGAT International Company Limited ia yakini bisa membangun kemitraan strategis jangka panjang.
"Semua ini memperkuat landasan untuk pertumbuhan sektor batu bara dalam jangka panjang. Kami percaya, Adaro berada pada waktu dan tempat yang tepat untuk manfaatkan momentum ini," ujar Garibaldi dalam laporan keuangan Adaro Energy, Selasa ( 7/3).
Kinerja positif Adaro memang diraih di tengah tekanan pasar yang cukup besar. Adaro mencatat, harga jual rata-rata batu bara selama tahun 2016 turun 8 persen dibanding tahun sebelumnya. Meski harganya merosot, Adaro sanggup menjaga produksi dengan volume penjualan yang mengalami sedikit kenaikan menjadi 54,1 juta ton di tahun 2016.
Selain itu, perusahaan juga mencatatkan EBITDA operasional, di luar komponen akuntansi non operasional, mengalami kenaikan 22 persen dibanding tahun 2015, menjadi 893 juta dolar AS di tahun 2016. Angka ini bahkan melampauai panduan EBITDA operasional yang telah ditetapkan di kisaran 450 juta hingga 700 juta dolar AS.
"Raihan ini bisa dicapai lantaran perusahaan lebih fokus pada disiplin biaya dan efisiensi secara berkelanjutan," ujar Garibaldi.
Adaro juga mempertahankan likuiditas yang kuat pada 1,16 juta dolar AS, di mana angka ini menyediakan fleksibilitas serta penunjang terhadap kondisi pasar yang saat ini fluktuatif. Selain itu, Adaro juga merilis kinerja neraca yang terus membaik dengan rasio utang bersih terhadap EBITDA operasional 12 bulan terakhir sebesar 0,42 kali dan rasio utang bersih terhadap ekuitas sebesar 0,1 kali.
Sementara itu, beban pokok pendapatan perusahaan mengalami penurunan 14 persen menjadi 1,84 juta dolar AS akibat penurunan nisbah kupas, efisiensi perusahaan, dan harga bahan bakar yang lebih rendah dari perkiraan. Mitigasi terhadap risiko fluktuasi harga minyak juga dilakukan perusahaan dengan lindung nilai terhadap sekitar 10 persen kebutuhan bahan bakar di tahun 2017.