EKBIS.CO, AKARTA -- PT Pertamina Persero melalui Pertagas menyayangkan transjakarta mengubah kebijakan menggunakan solar sebagai bahan bakar. Compressed Natural Gas and City Gas Manager Pertamina Ryrien Marisa mengatakan hal ini memengaruhi menurunnya penjualan gas.
"Awalnya tahun lalu 3,8 mmscfd di angka 44 juta liter. Tahun ini pada Februari jadi 2,8 mmscfd (30 juta liter). Salah satunya TJ (Transjakarta) balik ke solar karena ada kebijakan TJ yang membolehkan isi BBG di BUMD milik mereka. Itu juga kami sayangkan," ujar Ryrien saat ditemui di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Selasa (14/3).
Pertamina, kata Ryrien meminta pemerintah memperhatikan hal ini. Sebab, ada fasilitas yang sudah dibangun untuk pasokan bagi konsumen seperti Transjakarta dalam skala besar.
"Kami minta ke pemerintah sekarang seperti TJ mau dibawa kemana apakah infrastruktur CNG yang sudah banyak ini mau diapakan, utilisasi di bawah semua apakah mau balik ke solar atau ke CNG," tuturnya.
Ryrien menerangkan untuk bus seperti Transjakarta, sekali mengisi sekitar 120 liter. Tranjsakarta, kata dia, beralasan manufaktur tidak sanggup mengadakan sebanyak yang dibutuhkan untuk CNG. Ini karena harga CNG lebih mahal ketimbang solar.
Pada 2016 penjualan gas Pertagas mencapai 3,8 mmscfd. Kenaikan tersebut kata Ryrien, karena Transjakarta menambah armada. Target Pertagas mencapai sekitar 4 mmscfd. "Kalau dengan kondisi seperti ini, bakal nggak terjamin. Susah tercapai. Kalau pun ada pemberian converter kit, itu kan serapannya kecil-kecil ya. Paling kendaraan-kendaraan kayak taksi," tutur Ryrien.
Mengenai alokasi gas, ia menjamin hal itu bisa memenuhi semua kebutuhan. Pertagas menyiapkan alokasi total gas sebanyak 25 mmscfd.