EKBIS.CO, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa (21/3) sore, bergerak melemah sebesar 18 poin menjadi Rp 13.332, dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.314 per dolar AS.
"Faktor teknikal menjadi salah satu penyebab mata uang rupiah mengalami tekanan terhadap dolar AS," kata Analis dari PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta, Selasa.
Ia menilai bahwa depresiasi rupiah saat ini terbilang wajar setelah mengalami penguatan cukup tinggi pascakeputusan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang memberikan kepastian kebijakan moneternya dengan menaikan suku bunga acuannya. Dengan demikian, kata dia, koreksi nilai tukar rupiah pada hari Selasa (21/3) sifatnya cenderung jangka pendek, mengingat sejumlah sentimen positif dari dalam negeri masih cukup positif. "Potensi Indonesia meraih kenaikan peringkat dari Standard & Poor's (S&P) cukup terbuka menyusul kondisi fiskal Indonesia yang baik di tengah perlambatan ekonomi global," katanya.
Menurut dia, jika S&P merealisasikan kenaikan peringkat bagi Indonesia menjadi layak investasi (investment grade) maka potensi aliran dana asing masuk ke dalam negeri akan semakin deras. "Yield surat utang negara (SUN) yang menurun mengindikasikan bahwa arus dana asing masuk ke dalam negeri cukup tinggi," katanya.
Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk Rully Nova menambahkan bahwa aliran dana asing yang masuk ke dalam negeri mencerminkan fundamental ekonmi nasional cukup kuat. "Dengan ekonomi nasional yang kuat membuat investor percaya diri untuk menempatkan dananya di dalam negeri," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.308 dibandingkan hari sebelumnya (Senin, 20/3) Rp 13.329 per dolar AS.