EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita memastikan pemerintah tak akan mengimpor beras untuk memenuhi kebutuhan pangan selama bulan Ramadhan dan hari raya. Ia meyakini produksi beras dalam negeri mampu mencukup kebutuhan nasional.
Ditemui wartawan usai memimpin rapat pengamanan stok pangan di Kementerian Perdagangan, Enggar menyebut beberapa provinsi seperti Jawa Timur, Jawa Barat dan Sulawesi Selatan memiliki kelebihan stok beras. Namun begitu, ada juga provinsi lain yang kekurangan stok beras.
Karenanya, surplus beras di satu provinsi dapat disalurkan ke provinsi lain yang kekurangan. Hal yang sama, sambung Mendag, juga akan dijalankan untuk komoditas pangan yang lain.
"Beras sudah pasti tidak impor," ujar Enggar, di Auditorium Kementerian Perdagangan, Rabu (22/3). "Paling yang kita impor itu daging dan gula."
Impor daging sapi dan gula dilakukan karena produksi dalam negeri tidak mampu mencukup kebutuhan nasional. Mendag memaparkan, kebutuhan gula konsumsi mencapai 3,3 juta ton per tahun. Sementara, produksi dalam negeri hanya mampu menghasilkan 2,2 juta ton per tahun.
Untuk memenuhi kebutuhan gula nasional, pemerintah harus mendatangkan gula dari luar negeri. Namun begitu, Enggar memastikan volume impor tidak akan lebih dari selisih kebutuhan gula yang tidak mampu dipenuhi produsen dalam negeri.
"Kita akan mulai datangkan gula dari Australia, supaya tidak hanya dari Thailand saja. Harganya juga sudah sama," kata dia. Saat ini, harga eceran tertinggi untuk gula kristal putih di pasaran ditetapkan Kemendag seharga Rp 12.500 per kilogram.
Sementara, harga eceran daging beku saat ini berada di kisaran Rp 80 ribu per kilogram dan daging segar Rp 115 ribu per kilogram. Sama seperti gula, pemerintah melakukan impor daging karena produksi dalam negeri tidak mampu mencukupi kebutuhan daging nasional.
Apalagi, permintaan akan daging biasanya meningkat selama bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Mendag menyebut, untuk mengamankan stok, daging impor akan kembali didatangkan dari India.