EKBIS.CO, JAKARTA -- Holding tambang menjadi salah satu solusi dari keterbatasan biaya dan anggaran bagi BUMN tambang agar bisa mendapatkan jumlah ekuitas perusahaan yang lebih besar. Direktur Utama PT Bukit Asam, Arviyan Arifin mengatakan program pengembangan perusahaan bergantung pada jumlah biaya yang besar yang bisa ditopang dari pembentukan holding.
Arviyan mengatakan hingga saat ini kapasitas produksi batu bara yang dimiliki PT Bukit Asam tidak sampai lima persen dari kapasitas produksi batu bara nasional. Hal ini menuntut Bukit Asam untuk melakukan pengembangan dan ekspansi untuk bisa menguasai sumber daya dan stabilitas perusahaan batu bara di Indonesia.
"Bagaimana kita bisa meningkatkan? Salah satu harus menguasai sumber daya itu. Akuisisi kan butuh finansial yang besar. Kalau kita bersama sama ini lebih mudah dilakukan," ujar Arviyan di Kantor BUMN, Rabu (22/3).
Arviyan mengatakan melakukan pengembangan memerlukan dukungan finansial yang tidak sedikit. Hal ini perlu disokong dukungan biaya dari pembentukan holding. Ia juga mengatakan pembentukan holding juga bisa membebaskan BUMN dari ketergantungan terhadap PMN.
"Kita juga perlu meningkatkan nilai tambah dari produk industri tambang ini. Kita bisa lakukan hilirisasi dan gasifikasi. Lalu kita bisa lakukan turunannya PMA, LPG dan pupuk. Untuk melakukan ini perlu nih tentunya, bukit asam agak kesulitan mencari pendanaan untuk cari program tadi," ujar Arviyan.
Arviyan menjelaskan, beberapa program pengembangan kedepan Bukit Asam juga sudah disertakan dalam rencana holding kedepan. Arviyan mengatakan kedepan, jika dukungan finansial sudah ada dari holding tambang maka yang akan dikerjakan oleh Bukit Asam pertama kali adalah pembuatan PLTU dekat dengan mulut tambang.
"Jadi, ini keberadaan tambang batu bara sangat erat sekali untuk mendukung elektrifikasi nasional dengan membuat PLTU mulut tambang. Ini bisa menghasilkan listrik yang baik dan dekat dengan mulut tambang," ujar Arviyan.
Ia mengatakan, saat ini Bukit Asam sudah mempunyai PLTU dengan kapasitas 2 x 350 Megawatt. Selain itu, Bukit Asam sudah mengantongi IPP dari PLN yang sedang dikerjakan. "Sumsel 8, kapasitasnya 2x600 megawatt. Jadi ini juga bisa mendukung target elektrifikasi nasional," ujar Arviyan.