EKBIS.CO, SURABAYA -- Penjualan tekstil nasional tahun 2017 diprediksi mengalami pertumbuhan 10 persen dibanding 2016. Hal ini didorong lantaran beberapa pengusaha sudah memanfaatkan penjualan dalam jaringan (daring/online).
"Dengan 'e-commerce' atau penjualan daring yang berkembang ini, kami optimistis industri tekstil nasional tahun ini meningkat tajam, setidaknya naik 10 persen dari tahun sebelumnya yang hanya 2,2 persen," kata General Manager Tekstile One Indonesia Desy Natalia Soeteja di Surabaya, Ahad (26/3).
Desy mengatakan industri tekstil Indonesia memang sudah seharusnya melek teknologi, terlebih beberapa perusahaan dalam maupun luar negeri sudah memanfaatkan teknologi untuk penetrasi pasar. Ditambah adanya kebijakan pembatasan impor tekstil dari luar negeri, yang membuat banyak ritel tekstil melakukan penetrasi lewat sistem "e-commerce".
"Kami dari Bandung juga bakal mulai membuka layanan 'e-commerse' April 2017. Sebab kami yakin ritel kain dari China, Vietnam dan India bukan menjadi momok lagi bagi produsen kain asli Indonesia," katanya.
Desy mengatakan semua konsumen sudah bisa merasakan pasar barang impor yang kini sulit dicari karena kebijakan larangan impor kain, sehingga masyarakat mau enggak mau akan mencari kain dalam negeri, serta menggunakan daring.
"Saya juga melihat beberapa pemerintah daerah mendukung penuh pertumbuhan di daerahnya masing masing, seperti di Jawa Timur maupun Kalimantan Utara," katanya.
Desy mengaku para penjahit kini juga sudah mulai bergairah karena pemerintah daerah telah mempermudah modal UMKM, baik lewat badan pembangunan daerah (BPBD) atau lainnya. "Oleh karena itu, kami optimistis bisa tumbuh, sebab selama ini para penjahit UMKM mengeluhkan kesulitan modal produksi. Namun kalau kebijakan makro mendukung seperti ini, bukan lagi alasan bagi kami untuk tidak tumbuh secara signifikan," katanya.