EKBIS.CO, SEMARANG -- Warga yang berada di ring I pabrik PT Semen Indonesia di wilayah Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah bisa menghormati solusi terbaik yang ditawarkan Kepala Staf Presiden (KSP) terkait dengan rencana peresmian.
Hingga saat ini, warga yang sangat mendukung keberadaan pabrik semen ini bahkan juga tetap mengimbau kepada pihak-pihak yang menolak, bisa menyelesaikan perbedaan pendapat ini dengan baik-baik dan sesuai dengan fakta yang ada.
“Kalau ditanya, kami, warga yang setuju, keinginannya hanya satu, pabrik semen ini bisa segera beroperasi,” ungkap tokoh masyarakat Desa Tegaldowo, Dwi Joko Supriyanto, Ahad (26/3).
Perihal adanya penundaan peresmian pabrik semen ini, jelasnya, warga juga langsung mengetahui dari berbagai media televisi maupun media elektronik lainnya. Meski begitu, warga yang setuju dengan keberadaan pabrik semen ini juga tetap tenang dan tidak bergejolak.
Saat ini, lanjut Dwi, seluruh pekerjaan pascakonstruksi sudah selesai. Bahkan warga yang selama proses pembangunan pabrik ini bekerja dan menggunakan kendaraan operasional pun sudah dikembalikan lagi.
Setelah pascakonstruksi ini berlalu, aktivitas pabrik semen milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seharusnya sudah masuk masa produksi. Makanya warga masih menunggu hingga penundaan peresmian ini berakhir.
Sebab setelah peresmian pabrik dilakukan, bakal ada kontrak baru untuk bekerja. “Artinya, saudara- saudara kami yang hingga saat ini masih menunggu kepastian bisa segera bekerja,” tegasnya.
Oleh karena itu, warga yang selama ini mendukung menginginkan berbagai perbedaan pendapat ini bisa ‘dirembug’ dengan baik guna mencari solusi yang tidak saling merugikan tanpa harus .
Pun demikian dengan Pemerintah untuk mengupayakan berbagai kebijakan yang bisa diterima oleh semua pihak. Sehingga nasib operasional pabrik semen di Rembang ini tidak semakin berlarut- larut.
Warga yang mendukung pabrik semen juga merasa prihatin jika sampai ada warga yang melakukan aksi penolakan meninggal dunia. “Saya kira, ini bisa menjadi pertimbangan agar persoalan pabrik semen ini tidak semakin meluas,” tandas Dwi.
Sementara itu, Kepala Desa Kadiwono, Ahmad Ridwan mengakui, di lingkungan desanya memang ada sejumlah warga yang menolak pabrik semen di Rembang ini.
Namun ia menegaskan, jika penolakan tersebut bukan mewakili ‘suara’ secara keseluruhan warga sekitar pabrik semen. Karena warga di sejumlah desa yang ada di sekitar pabrik sangat mendukung.
“Jangan sampai penolakan sebagian kecil warga ini harus mengorbankan sekitar 17 ribu warga yang sudah mendapatkan manfaat dari pabrik semen ini,” tandasnya.
Sebelumnya, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk menegaskan, pembangunan dan pengoperasian pabrik semen di Rembang memungkinkan BUMN ini dapat berproduksi semen sesuai permintaan.
Saat ini pabrik- Semen Indonesia di Tuban, Jawa Timur telah berproduksi pada kapasitas penuh. Penjualan Semen Indonesia pada 2016 mencapai 13,92 juta ton dari kapasitas produksi Tuban yang sebesar 14 juta ton.
Pasokan produksi berkapasitas 3 juta ton dari pabrik Rembang diharapkan akan meningkatkan kemampuan produksi dan distribusi Semen Indonesia.
:Khususnya dalam memenuhi permintaan semen dari pasar di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Banten,” jelas Corporate Secretary PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, Agung Wiharto.