Sabtu 01 Apr 2017 00:27 WIB

Benih Cabai Rawit Merah Sudah Diterima 20 Ribu KK

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Budi Raharjo
Cabai rawit
Foto: Antara
Cabai rawit

EKBIS.CO, UNGARAN -- Sedikitnya 20 ribu kepala keluarga (KK) di Kabupaten Semarang telah menerima bibit cabai untuk program pemberdayaan tanaman cabai rumah tangga. Program ini digulirkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang guna mengantisipasi gejolak harga cabai.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Semarang, Urip Triyoga mengatakan, meski harga cabai telah berangsur menurun, program ini tetap digulirkan. Karena harga komoditas cabai di masyarakat jamak mengalami fluktuasi.

“Hari ini, harga cabai berangsur-angsur turun menuju normal. Namun setiap saat harga ini bisa sja melambung kembali,” ujarnya di Ungaran, Kabupaten Semarang, Jumat (31/3).

Menurut Urip, saat ini harga cabai di pasaran sudah berangsur menurun hingga menyentuh angka Rp 60 ribu per kilogram. Namun berkaca dari pengalaman sebelumnya, jika harga melambung bisa menyentuh Rp 110 ribu per kilogram.

Sehingga sangat memberatkan masyarakat –dalam hal ini-- konsumen rumah tangga. Melalui program ini masyarakat tidak perlu lagi khawatir atau tidak perlu memusingkan harga cabai untuk kebutuhannya.

Sebab di rumah sudah bisa memetik atau memanen cabai rawit sendiri tanpa harus membeli di pasar. “Selain per KK, bantuan bibit cabai rawit juga diberikan kepada PKK, Bayangkari, Dharmawanita serta Persit Kartika Chandrakirana,” katanya.

Pemkab Semarang, masih jelas Urip, saat ini juga terus mengintensifkan penanaman cabai rawit merah. Selain pemanfaatan lahan pribadi warga, Pemkab Semarang juga melakukan penanaman cabai rawit di lahan seluas 40 hektare.

Hal ini untuk menjaga stok cabai rawit merah bagi kebutuhan masyarakat Kabupaten Semarang. Data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Semarang saat ini sudah ada 400 hektare lebih lahan penghasil cabai.

Dari lahan ini, tiap 35 hektare mampu menghasilkan 5 ton cabai merah per bulan. Namun tingginya harga cabai di pasaran –menurutnya—lebih banyak disebabkan oleh faktor sentimen pasar.

“Sentimen pasar yang dimaksud adalah menurunnya pasokan komoditas cabai rawit merah di sejumlah pasar yang ada di berbagai kota besar. Situasi ini ikut mempengaruhi harga komoditi cabai dipasaran daerah.

Padahal berkurangnya pasokan cabai rawit merah ini tidak merata di semua daerah. “Di daerah harga cabai rawit merah jadi ikut- ikutan naik,” tandasnya.

Di lain pihak, Urip juga menjelaskan, harga cabai keriting di wilayah penghasil di Kabupaten Semarang relatif normal. Apalagi daerah ini memiliki sejumlah sentra penghasil cabai seperti di Kecamatan Getasan, Bandungan, Sumowono, dan Kecamatan Susukan.

Sehingga dari sisi pasokan relatif terjaga, sepanjang budidaya tanaman cabai ini tidak terkendala oleh serangan hama tanaman. “Kalau Kabupaten Semarang, masih diuntungkan adanya sejumlah sentra tanaman cabai,” tegasnya.  

Terpisah Bupati Semarang, Mundjirin juga memastikan jika ketersediaan cabai rawit merah di Kabupaten Semarang masih cukup aman untuk beberapa bulan kedepan aman. “Stok kita sangat banyak,” katanya.

Pemkab Semarang, jelas Mundjirin, juga diminta Kementerian Pertanian dan Ketahanan Pangan untuk memasok produksi cabai ke daerah yang kekurangan.

Oleh karena itu, gerakan menanam cabai bisa menjadi inspirasi dan motivasi bagi seluruh masyarakat di Kabupaten Semarang. Tak hanya di pekarangan rumah, pemanfaatan lahan untuk sayuran dan tanaman pangan lain bisa dilakukan di kantor, gedung perkantoran dan lainnya.

“Selain dapat mendorong ketahanan dan kemandirian masyarakat dalam memenuhi kebutuhan cabai segar, juga bisa menjadi potensi ekonomi untuk menambah pendapatan keluarga,” ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement