EKBIS.CO, JAKARTA -- Perbankan syariah optimistis pertumbuhan pembiayaan sektor perumahan akan membaik pada kuartal II ini, meskipun pada awal tahun pembiayaan sedang mengalami perlambatan.
Sektor properti menengah untuk segmen menengah ke bawah diperkirakan akan mendorong segmen konsumer perbankan pada tahun ini. Selain itu, dampak relaksasi aturan financing to value (FTV) untuk pembiayaan perumahan juga dinilai akan mendorong bisnis perumahan tahun ini.
Direktur Bisnis Konsumer BNI Syariah Dhias Widiyanti mengatakan, di kuartal I 2017 ini penyaluran pembiayaan konsumtif lebih baik dibandingkan kuartal I tahun lalu, naik sebesar 35 persen year on year (yoy).
"Khusus pertumbuhan griya, pada kuartal I secara nett growth atau setelah dikurangi pelunasan dan angsuran sebesar Rp 389,238 miliar atau tumbuh 31,53 persen. Dari target Rp 1,6 triliun hingga akhir tahun," ujar Dhias pada Republika.co.id, Ahad (16/4).
Dhias menuturkan, pertumbuhan bisnis perumahan terlihat melambat terutama aparteman dan rumah segmen menengah atas. Sebaliknya untuk rumah murah di bawah Rp 300 juta justru sangat bergairah terutama perumahan subsidi atau Fasilitas Likuditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Saat ini, pembiayaan perumahan BNI Syariah untuk rata-rata pembiayaan Rp 300 juta sampai dengan Rp 1 miliar yang masih punya peluang bertumbuh.
"Diharapkan dalam kuartal II ini kondisinya terus membaik terutama untuk segmen rumah di bawah Rp 1 miliar. Karena rumah-rumah tersebut umumnya dibeli oleh masyarakat sebagai rumah pertama," tutur Dhias.
Menurut Senior Executive Vice President Retail Banking Bank Syariah Mandiri, Niken Andonowarih pada awal tahun ini bisnis konsumer khususnya perumahan memang sedikit lebih rendah. Penyebabnya, antara lain karena tagihan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang belum keluar sebagai dasar transaksi. Selain itu, pada kuartal I terdapat hari libur yang cukup banyak sehingga mengurangi jumlah hari kerja dan waktu transaksi.
"Kuartal I 2017 pembiayaan konsumsi BSM tumbuh 12,5 persen. Kuartal II ditargetkan akan lebih tinggi, sekitar 15 persen dibandingkan kuartal I," ujar Niken.
Niken optimistis dampak relaksasi financing to value (FTV) Bank Indonesia akan mendorong segmen bisnis perumahan pada tahun ini. BSM menargetkan pembiayaan perumahan tumbuh 12- 13 persen sepanjang 2017.
Hal yang sama disampaikan oleh Sekretaris Perusahaan Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRI Syariah), Indri Tri Handayani. Pembelian rumah baru belum maksimal karena PBB di awal tahun belum keluar. Namun karena ada pilihan produk KPR refinancing, sehingga pertumbuhan masih sesuai budget.
"Pertumbuhannya mencapai Rp 500 miliar atau 25 persen dari target, dengan mayoritas segmen menengah bawah yaitu di harga rumah subsidi sampai dengan Rp 1 miliar termasuk rumah subsidi program pemerintah," ujar Indri.