Ahad 23 Apr 2017 15:22 WIB

IHSG Pekan Lalu tak Mampu Raih Level Tinggi, Ini Sebabnya

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Nur Aini
 Pekerja melihat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Selasa (18/4).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pekerja melihat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Selasa (18/4).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Pergerakan IHSG di pekan kemarin mampu kembali menguat hingga 0,85 persen atau di atas pekan sebelumnya yang melemah 0,65 persen. Meski demikian, Analis Binaartha Securties Reza Priyambada menilai, laju IHSG kembali gagal melampaui level tinggi sebelumnya di 5.677,07 dengan berada di 5664,48, seiring variatifnya kondisi pasar.

''Di pekan sebelumnya, jelang libur Paskah, pergerakan IHSG cenderung berbalik melemah di tengah harapan akan adanya kenaikan lanjutan,'' kata Reza, saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (23/4).

Menurut dia, mayoritas saham mengalami pelemahan, terkecuali saham properti dan beberapa saham pertambangan. Begitu pun dengan kurs rupiah yang kembali menguat tetapi tidak mampu mengangkat IHSG. Minimnya sentimen dari dalam negeri dan imbas pelemahan bursa saham global, cenderung lebih mempengaruhi pelemahan IHSG.

Di awal pekan kemarin, laju IHSG cenderung berada di zona merah. Menurut Reza, libur panjang di pekan sebelumnya tidak membuat pelaku pasar kembali bergairah seiring kekhawatiran akan meningkatnya tensi geopolitik, setelah AS melancarkan serangan bomnya yang kedua kalinya dimana kali ini ke Afganistan.

''Ditambah lagi dengan sikap reaktif Korea Utara dalam menanggapi serangan tersebut,'' ucap dia.

Adapun sentimen di dalam negeri yang masih kondusif menjadi tertutupi. Laju rupiah yang sebelumnya menguat akhirnya menyerah dengan kondisi pasar yang tidak kondusif tersebut. Positifnya penutupan bursa saham AS di awal pekan seiring dengan perkiraan akan meredanya ketegangan tensi geopolitik, terutama setelah Wapres Mike Pence mengatakan akan bersikap sabar dalam menghadapi gertakan Korea Utara dan bekerja sama dengan Cina untuk mengurangi dampak program nuklir Korea Utara, berimbas positif pada beberapa bursa saham Asia, termasuk Indonesia.

''Kami lebih melihat alasan logis tersebut yang menggambarkan alasan IHSG yang mengalami kenaikan dibandingkan dengan alasan terkait masalah Pilkada DKI, terutama setelah merujuk ke salah satu calon yang pada akhirnya membuat alasan perubahan IHSG menjadi bias,'' ujarnya.

Kalaupun ada saham-saham yang terkait dengan kedua pasangan calon yang mengalami kenaikan, maka ia memandang hal itu sebagai faktor kebetulan. Karena persepsi pelaku pasar seiring dengan pergerakan IHSG yang mengalami kenaikan

Pascalibur Pilkada DKI, laju IHSG cenderung mengalami pelemahan seiring dengan kondisi bursa saham global yang masih dalam teritori negatif. ''Jadi, sentimen dari hasil Pilkada DKI bukanlah satu-satunya sentimen yang membuat IHSG melemah karena kemenangan salah satu pasangan calon,'' kata Reza.

Bahkan, adanya penguatan saham-saham yang terkait dengan kemenangan salah satu calon dan pelemahan pada saham-saham yang terkait dengan calon yang kalah, hanyalah sentimen sesaat. Hal ini karena adanya persepsi sesaat yang mencoba menghubungkan kondisi politik dengan pasar modal.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement