Rabu 26 Apr 2017 15:40 WIB

Kementerian ESDM Operasikan Laboratorium Uji Tungku Sehat Hemat Energi

Red: Nidia Zuraya
Salah satu fasilitas yang tersedia di Laboratorium Uji Tungku Sehat Hemat Energi (TSHE) di Kantor Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (P3TKEBTKE) di Gunung Sindur, Bogor.
Foto: istimewa
Salah satu fasilitas yang tersedia di Laboratorium Uji Tungku Sehat Hemat Energi (TSHE) di Kantor Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (P3TKEBTKE) di Gunung Sindur, Bogor.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mulai mengoperasikan Laboratorium Uji Tungku Sehat Hemat Energi (TSHE). Laboratorium Uji TSHE terselenggara atas kerja sama Pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi dan World Bank dalam Program Clean Stove Initiative (CSI).

Dalam keterangan pers tertulis kepada Republika, Rabu (26/4), Direktur Bioenergi, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian ESDM, Sudjoko Harsono Adi mengatakan program CSI didanai dari hibah World Bank sebesar 300 ribu dolar AS melalui mekanisme hibah terencana dalam APBN (tercatat dalam DIPA Direktorat Jenderal EBTKE) untuk jangka waktu sampai dengan 30 November 2016.

"Pada Program CSI, Direktorat Bioenergi bertindak sebagai Implementing Agency," ujarnya saat Peresmian Laboratorium Uji Tungku Sehat Hemat Energi (TSHE)  di Kantor Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (P3TKEBTKE) di Gunung Sindur, Bogor, Rabu (26/4).

Acara Peresmian Laboratorium Uji TSHE merupakan tindak lanjut rangkaian kegiatan dalam Program CSI yang telah berjalan dari bulan Mei 2014 – November 2016 dalam rangka meningkatkan akses masyarakat pada tungku sehat dan hemat energi di Indonesia.

Peresmian Laboratorium Uji TSHE, ungkap Sudjoko, juga sebagai langkah awal dalam penyusunan standardisasi dan sertifikasi nasional untuk TSHE. "Pengujian TSHE diperlukan guna mendefinisikan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat," tutunrya.

Lebih lanjut ia mengatakan, program CSI dilaksanakan dengan latar belakang bahwa saat ini lebih dari 40 persen rumah tangga di Indonesia atau 24,5 juta rumah tangga masih menggunakan tungku tradisional dengan bahan bakar biomassa untuk memasak di wilayah pedesaan, termasuk di Pulau Jawa.

Padahal menurut data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), udara dalam ruangan yang tercemar oleh hasil pembakaran proses masak di tungku tradisional mengakibatkan lebih dari 165 ribu penduduk Indonesia mengalami kematian dini akibat penyakit yang timbul dari polusi dalam rumah seperti infeksi saluran pernafasan.

"Hal ini tentunya membutuhkan perhatian khusus dari berbagai pihak guna mencari solusi memasak yang lebih bersih," kata Sudjoko.

Ia menjelaskan, lingkup kegiatan yang telah dilaksanakan dalam Program CSI meliputi pelaksanaan pilot project, penguatan institusi dan kapasitas sumber daya manusia, melakukan sosialiasai dan promosi TSHE, penyusunan sistem standard dan sertifikasi tungku skala nasional, penyusunan Masterplan TSHE, dan pembangunan laboratorium uji TSHE.

Total TSHE yang dilakukan pengetesan dalam Program CSI sejumlah 26 buah model yang berbeda, sementara kompor yang telah lolos uji sejumlah 17 buah model. Sampai pada akhir Program CSI, realisasi jumlah kompor yang telah terjual sejumlah 7.174 buah di wilayah Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Nusa Tenggara Timur.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement