EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Infrastruktur dan Teknologi PGN, Dilo Seno Widagdo mengatakan pihaknya bersama dengan Pertamina mendapatkan tugas dari Kementerian ESDM untuk bisa membangun jalur gas kota. Jalur gas kota ini untuk memastikan pasokan gas konsumsi bagi kelas menengah kebawah.
Dilo mengatakan kerjasama ini juga menjadi salah satu bentuk sinergi yang dilakukan oleh Pertamina dan PGN sebelum terbentuknya holding migas yang dicanangkan oleh pemerintah. Dilo mengatakan banyak hal yang sudah dilakukan oleh PGN bersama Pertamina agar kerjasama ini bisa berjalan dengan baik.
"Walaupun holding belum jalan, tapi di ranah operasional kita coba melakukan bentuk kerja sama yang nantinya kita harapkan bisa menghasilkan sinergi yang positif, bisa dijangkau masyarakat di semua segmen lapisan ekonomi masyarakat," ujar Dilo di Kantor Kementerian ESDM, Kamis (27/4).
Dilo mengatakan nantinya dari terbentuknya jaringan pipa gas kota ini akan dikembangkan di beberapa wilayah di Indonesia. Ia mengatakan selain mengembangkan jalur pipa gas kota di bagian Indonesia Barat, Pertamina dan PGN juga akan melakukan pembangunan di Indonesia bagian Timur.
"Ini nantinya perlu dikembangkan terus, karena yang baru kita kelola masih banyak di Indonesia bagian barat, sementara sumber pasokan ada di timur. Perlu ditingkatkan sinerginya untuk menyediakan infrastruktur. Harapannya, sinergi bisa diperluas tidak hanya antara pertamina dan PGN, harapan nantinya bisa diperluas ke PLN. Akhirnya bisa merasakan kehadiran BUMN di tengah masyarakat," ujar Dilo.
Disatu sisi, Pertamina sendiri mengaku sudah melakukan banyak kerjasama dengan PGN. Selain membangun jaringan pipa kota, Pertamina dan PGN juga melakukan banyak proyek pipa di daerah lain.
Direktur Utama PT. Pertagas anak usaha dari PT. Pertamina Persero, Yenni Andayani mengatakan saat ini sudah ada beberapa proyek yang dilakukan secara bersama antara Pertamina dan PGN. Yenni mengatakan salah satu contoh kerjasam antara lain pembangunan pipa di Duri hingga Dumai. Yenni mengatakan kerjasama ini bermula dari tingginya harga gas yang ada di Sumatera Utara.
Yenni mengatakan tingginya harga gas di Sumatra Utara membuat Pertamina dan PGN harus bisa bersinergi sehingga harga gas bisa ditekan karena komponen biaya penyaluran gas bisa ditanggung oleh Pertamina dan PGN. Yenni mengatakan jika sebelumnya harga gas di Sumatra Utara sebesar 12 dolar per MMBTU maka setelah ada kerjasama dan sinergi harga gas bisa ditekan hingga 9 dolar per MMBTU.
"Alhamdulillah kami telah menyelesaikan kesepakatan yang diperlukan supaya bisa segera melakukan kegiatan fisik. Ini penting karena ada kebutuhan pasar yang tidak bisa kita abaikan, tapi dari pemasok juga sudah ready. Kalau infrastruktur tidak terbangun, yang rugi bukan hanya pasar atau pemsoknya, tapi PGN dan Pertamina kehilangan potensi bisnisnya," ujar Yenni di Kantor Kementerian BUMN, Kamis (27/4).