EKBIS.CO, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan menggiatkan sosialisasi untuk penerbitan sukuk korporasi. Saat ini aset sukuk korporasi yaitu sebesar Rp 11,75 triliun, dari total aset pasar modal syariah yang sebesar Rp 451,2 triliun.
Menurut Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D Hadad untuk mendorong penerbitan sukuk korporasi, harus banyak sosialisasi. "Tentu saja kalau ramai (yang menerbitkan sukuk) akan lebih murah,"ujar Muliaman D Hadad kepada Republika.co.id, Selasa (2/5).
Muliaman menuturkan, saat ini pihak penyelenggara baik regulasi dan infrastruktur lainnya sedang mendorong berbagai kemudahan agar korporasi mau menerbitkan sukuk. Selain itu, biaya transaksi juga akan ditekan agar lebih menarik untuk penerbitan sukuk korporasi.
"Dengan transaction cost yang ditekan diharapkan akan lebih menarik untuk menerbitkan sukuk," kata Muliaman.
Berdasarkan data OJK, aset sukuk korporasi mencapai Rp 11,75 triliun, dan reksa dana syariah Rp 16,20. Nilai ini masih jauh lebih kecil dibandingkan penerbitan sukuk negara yang mencapai Rp 423,29 triliun.
Direktur Pasar Modal Syariah OJK Fadilah Kartikasasi mengatakan, meski penerbitan sukuk korporasi masih sangat kecil persentasenya, tetapi trennya masih tetap tumbuh, dan umumnya banyak dilakukan pada semester 2. "Penerbitan sukuk oleh korporasi ini banyak di semester kedua. Ada tiga yang sudah di pipeline,"ujar Fadilah.
Sedikitnya penerbitan sukuk korporasi pada semester 1 disebabkan oleh adanya jadwal penerbitan sukuk ritel yang diterbitkan Kementerian Keuangan, sehingga korporasi memilih penerbitan sukuk pada semester 2. Selain itu, kendala lainnya yakni masih terdapat kurang pemahaman atau persepsi yang keliru terhadap sukuk korporasi, seperti agunan, underlying asset, dan lainnya. Hal tersebut yang membuat korporasi masih ragu-ragu untuk menerbitkan sukuk.
Untuk meningkatkan penerbitan sukuk korporasi, OJK tengah mendorong perusahaan BUMN infrastruktur untuk menerbitkan sukuk korporasi. Dia juga berharap ada kebijakan dari Kementerian BUMN agar mendorong korporasi BUMN untuk menerbitkan sukuk korporasi. "Ke depan kita akan menciptakan market maker, apakah lembaga baru yang menjadi market maker dari sukuk sehingga tidak ada kekhawatiran dari investor untuk menerbitkan sukuknya," kata Fadilah.
Berdasarkan data OJK, jumlah outstanding sukuk korporasi per 21 April 2017 sebanyak 55 seri, meningkat 3,77 persen dibandingkan dengan akhir 2016 sebanyak 53 seri sukuk. Dari sisi nilainya, sebesar Rp 12,13 triliun, meningkat sebesar 2,10 persen dibandingkan akhir 2016 sebesar Rp 11,88 triliun. Dari 55 sukuk korporasi ini, terdapat 37 sukuk yang menggunakan akad ijarah (67,27 persen) dan 18 sukuk yang menggunakan akad mudharabah (32,73 persen). Nilai sukuk ijarah mencapai Rp 5,79 triliun (47,75 persen) sementara sukuk mudharabah mencapai Rp 6,34 triliun (52,25 persen) .
Jumlah outstanding sukuk negara sebanyak 53 seri, jumlah tersebut sama dengan posisi akhir tahun 2016. Dari sisi nilainya, sukuk negara sebesar Rp 485,8 triliun, meningkat sebesar 18,09 persen dari akhir 2016 sebesar Rp 411,37 triliun. Sedangkan jumlah saham syariah per 21 April 2017 sebanyak 348 saham, meningkat 0,29 persen dibandingkan akhir 2016 sebanyak 347 saham syariah.