EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksikan imbas kenaikan tarif listrik tahap III yang diberlakukan Mei 2017 ini baru akan terasa pada perhitungan tingkat inflasi Juni mendatang. Alasannya, porsi pelanggan listrik golongan 900 Volt Ampere (VA) untuk pascabayar ternyata lebih banyak ketimbang pelanggan yang prabayar. Artinya, kenaikan listrik pada Mei ini baru akan dirasakan oleh pelanggan yang baru membayar tagihannya di Juni mendatang.
Catatan BPS, porsi pelanggan listrik golongan 900 VA untuk pascabayar sebantak 17,18 persen. Sementara kelompok yang prabayar hanya 12,25 persen dari seluruh pelanggan listrik semua golongan.
"Sudah gitu penggunanya banyak, rata-rata pemakaian listrik yang pascabayar juga lebih tinggi dibandingin dengan yang prabayar. Prabayar kan bayarnya di Mei, pakai token, bayar duluan," ujar Kepala BPS Suhariyanto usai merilis angka inflasi di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Selasa (2/5).
Meski begitu, Suhariyanto menilai bahwa belum tentu tingkat inflasi Juni bisa lebih tinggi dari Mei. Menurutnya, ada banyak faktor yang mempengaruhi laju inflasi bulanan termasuk sumbangan inflasi dari masing-masing kelompok pengeluaran. Ia memberi contoh, andil inflasi dari kenaikan tarif listrik pada April lalu mencapai 0,2 persen. Angka itu jauh di atas andil tarif listrik terhadap inflasi Maret sebelumnya yang hanya 0,08 persen. Meski andil inflasi dari tarif listrik melonjak tajam pada April, kata Suhariyanto, tetapi laju inflasi April bisa tertahan oleh deflasi oleh bahan pangan.
"Jadi, kuncinya kembali di bulan Juni, tentu kita tidak berharap tinggi tapi kita tahu ada dampak harga listrik. Tapi kalau kita komitmen untuk membuat bahan makanan deflasi, yang plus kompensasi itu bisa menetralkan," kata Suhariyanto.
Selain itu, pemerintah diminta untuk mewaspadai sejumlah komoditas yang masih menyumbangkan risiko inflasi seperti bawang putih, daging ayam ras, tomat, jengkol, dan jeruk. Hal ini menyusul raihan tingkat inflasi April 2017 yang tercatat sebesar 0,09 persen (bulan ke bulan) dan 4,17 persen (tahun ke tahun). Suhariyanto menilai, meski tren inflasi rendah terus terjadi sejak awal tahun, namun datangnya Bulan Puasa dan Lebaran patut diwaspadai.
Baca juga: Deflasi Awal Tahun Dinilai tak Jamin Risiko Inflasi Teratasi