EKBIS.CO, JAKARTA -- Perum Bulog menargetkan pembentukan 50 ribu hingga 100 ribu rumah pangan kita (RPK) dalam waktu dua tahun mendatang sebagai strategi menstabilkan harga pangan sekaligus memperluas segmen bisnis ritel dengan membuka kemitraan usaha berbasis kerakyataan.
Dirut Perum Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan pendirian RPK diharapkan dapat menjadi pasar alternatif yang akan mendekatkan antara produsen kepada konsumen yang membutuhkan sejumlah komoditas pangan dengan harga murah. "Hingga kini sudah ada 18 ribu titik RPK tersebar di seluruh kabupaten dan kota di Tanah Air, namun jumlah itu belum cukup untuk stabilisasi harga," katanya dalam BUMN Marketers Club di Gedung Bulog.
Acara yang menghadirkan pembicara utama pakar "marketing" Hermawan Kertajaya itu merupakan rangkaian peringatan HUT ke 50 Perum Bulog pada 10 Mei 2017.
Djarot mengatakan, pemerintah berupaya agar setiap desa dan kelurahan bisa memiliki paling tidak satu sahabat RPK. Program ini semata-mata untuk mendekatkan Bulog dengan konsumen (masyarakat) guna mendapatkan pangan yang cukup, murah, dan sehat. Menurut dia, keikutsertaan masyarakat dalam sahabat RPK memberikan keuntungan karena outlet dapat diusahakan diperkarangan atau garasi rumah dengan modal finansial yang ringan.
Sementara Bulog akan memasok produk pangan di bawah harga pasar selaian itu juga memberikan kepastian pasok produk dengan kualitas mutu yang terjaga.
Sejumlah komoditas pangan yang dijajakan di outlet RPK seperti beras dengan mutli kualitas.Kemuidan minyak goreng dan gula pasir. Kelak, outlet juga menyediakan komoditas pertanian lainnya seperti bawang merah dan cabai segar. Semakin banyak RPK, kata dia, semakin mudah masyarakat mendapatkan kebutuhan pangan. Selain itu dengan adanya RPK di setiap desa dan kelurahan, paling tidak dapat menekan harga pangan di pasaran. Untuk tahun ini, ujar Djarot, pihaknya menargetkan pembentukan RPK mencapai 30 ribu titik di seluruh Indonesia.
Sementara itu, Direktur Pengembangan Bisnis dan Industri Perum Bulog Imam Subowo mengatakan, target pembentukan RPK hingga mencapai 100 ribu titik tersebut diperkirakan terwujud dalam waktu dua tahun ke depan.
Menurut dia, guna mencapai target tersebut sejumlah upaya akan dilakukan seperti menggandeng agen bank atau agen pos yang sudah tersebar di pelosok-pelosok tanah air untuk menjadi agen RPK ataupun sebalik nantinya RPK bisa menjadi agen pos ataupun agen bank.
Selain itu, kata dia, pihaknya akan bermitra dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang mana jika setiap desa memiliki badan usaha tersebut maka di seluruh Indonesia akan ada lebih dari 70 ribu BUMDes yang potensial digandeng sebagai titik RPK. "RPK dikembangkan sejak April 2016 dan hingga saat ini sudah terbentuk di 18 ribu titik," kata Imam Subowo.
Terkait harga pangan di RPK, menurut dia, relatif lebih murah sehingga para pedagang akan berpikir keras untuk menaikan harga. Standar harga penjualan komoditi pangan di RPK sangat murah karena mendapat subsidi dari pemerintah, karena itu, masyarakat yang berbelanja di RPK jelas akan mendapatkan harga murah dibandingkan di pasaran.
Ia juga menegaskan, harga pangan di RPK tidak akan berbeda-beda. "Harganya sama. Semua RPK menjual komoditas pangan sesuai harga eceran tertinggi (HET) yang telah ditetapkan pemerintah pusat," kata Imam.
Ke depan, kata dia, RPK diharapkan juga dapat menjadi jaringan Perum Bulog dalam melakukan operasi pasar murah yang selama ini dilakukan menggunakan mobil di pasar-pasar tertentu sehingga daya jangkau terbatas.