Senin 15 May 2017 18:43 WIB

Diversifikasi Tembakau Dinilai Bakal Matikan Kehidupan Petani

Red: Karta Raharja Ucu
Petani memetik daun tembakau bagian atas yang tersisa di Karangawen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Selasa (1/12).
Foto: ANTARA
Petani memetik daun tembakau bagian atas yang tersisa di Karangawen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Selasa (1/12).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Ketua DPN Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Agus Parmuji menilai, masuknya diversifikasi tanaman tembakau dalam 4th Indonesian Conference on Tobacco or Healthmeup "Tobacco: A Threat to Development" di Balai Kartini, Jakarta, merupakan upaya penggiat antitembakau untuk menghilangkan tembakau di Indonesia. 

Menurut Agus, Pasal 17 dan Pasal 26 Ayat (3) di dalam Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) dengan jelas mengatur diversifikasi tanaman tembakau ke tanaman lain. "Hal ini jelas bahwa agenda diversifikasi tembakau yang ada dalam FCTC sengaja mematikan kehidupan petani tembakau," tegas Agus dalam keterangannya, Senin (15/5).

Agus menegaskan, tanaman tembakau masih dibutuhkan sekitar tiga juta petani tembakau dan buruh tembakau untuk memenuhi hajat hidup ekonominya. Ditambahkan Agus, kalau mereka ingin mengendalikan tanaman tembakau, seharusnya yang dikendalikan bukan soal diversifikasi di negeri sendiri, akan tetapi yang sangat perlu dikendalikan saat ini adalah impor bahan baku tembakau dan rokok impornya.

"Tembakau bagi jutaan orang sudah menjadi urat nadi hidupnya. Karena itu, jika mereka ingin matikan tembakau, tak ubahnya mereka membunuh jutaan manusia," ujar dia.

Agus mengungkapkan kalau petani tembakau pernah audiensi dengan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dr HM Subuh) di Kemenkes satu tahun yang lalu. Dengan tegas pak Subuh sepakat kalau impor tembakau dibatasi secara maksimal.

Ia meminta petani tembakau jangan terlalu di-kuyo-kuyo (dikejar-kejar) untuk dibinasakan dengan dalih apapun termasuk rencana perluasan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), dan lain-lain termasuk rencana halus untuk menggerus keberlangsungan pertanian tembakau.

"Jangan sampai kami menanam tembakau, tetapi tidak bisa menjualnya. Berilah petani tembakau ruang kehidupan ekonomi  di negeri sendiri. Dan, seharusnya mereka tidak serta merta menuduh tembakau sebagai hal negatif," ucap Agus mengakhiri.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement