EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia meminta investor Jepang lebih meningkatkan investasi di sektor industri baja hulu, seperti produk crude steel (baja kasar), baik dalam bentuk slab (lembaran) maupun billet (batangan). Bahan baku tersebut banyak dibutuhkan dalam proyek infrastruktur di dalam negeri dan menunjang sektor industi lainnya.
Direktur Industri Logam Kemenperin, Doddy Rahadi mengatakan, Kementerian Perindustrian saat ini tengah memacu program industri prioritas nasional, antara lain sektor ship building, otomotif, permesinan, dan logam dasar. Hal ini membuat kebutuhan besi baja dalam negeri meningkat seiring juga dengan pembangunan infrastruktur.
Dengan tambahan investasi baru dari Jepang, maka bisa menjadikan Indonesia sebagai basis manufaktur yang siap memasuki pasar domestik, ASEAN dan dunia. "Kami berharap ada pertumbuhan investasi di sektor indusri baja agar bisa memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor," kata Doddy melalui siaran pers, Ahad (21/5).
Kemenperin mencatat, selama tahun 2016, Jepang merupakan investor terbesar kedua di Indonesia dengan nilai mencapai 5,4 miliar dolar AS. Namun, penanaman modal tersebut lebih banyak di sektor infrastruktur seperti pembangkit listrik dan alat transportasi massal.
Kemitraan Indonesia dan Jepang yang semakin kuat dalam membangun industri baja, diharapkan dapat mengambil manfaat pasar regional yang sejalan dengan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN. Berdasarkan data Kemenperin, sampai dengan tahun 2019, secara total negara ASEAN membutuhkan lebih dari 1 triliun dolar AS untuk membangun infrastruktur sektor ini.
Selain potensi pasar ASEAN tersebut, Indonesia juga membutuhkan sekitar 235 miliar dolar AS untuk pembangunan infrastruktur dan perumahan. Itu membuat kebutuhan besi dan baja konstruksi meningkat sebesar 8,5 persen per tahun.
Doddy yang baru mengikuti Indonesia-Japan 7th Steel Dialgoue akhir pekan di Yogyakarta menuturkan, sejauh ini baru sedikit perusahaan yang memperlihatkan pertumbuhan investasi di sektor industri baja. Perusahaan tersebut adalah PT. Krakatau Nippon Steel Sumikin, PT. Krakatau Osaka Steel, dan PT. JFE Steel Galvanizing Indonesia, yang telah berinvestasi di sektor industri baja hulu, terutama untuk memenuhi pasar domestik.
Menurutnya, dalam menumbuhkan jumlah investasi, pemerintah Indonesia memberikan kemudahan bagi para investor yang menanamkan modalnya di Indonesia. Di antaranya dalam bentuk keringanan pajak berupa tax holiday dan tax allowance serta bea masuk untuk mesin produksi dan bahan baku.
Untuk itu, dalam upaya menambah investasi di sektor industri baja, Kemenperin mendorong program pengembangan klaster industri baja di Cilegon, Banten, agar mampu memproduksi 10 juta ton baja pada tahun 2025. "Kemenperin menargetkan dalam waktu lima tahun ke depan, telah tersedia empat juta ton baja stainless dari kawasan industri Morowali, Sulawesi Tengah," ujar Doddy.